UJIAN TENGAH SEMESTER
GENAP (UTS)
PRODUKSI MEDIA CETAK
ANALISIS MEDIA CETAK
HARIAN
(KORAN MEDIA INDONESIA
Edisi Rabu, tanggal 20 April 2011 )
Disusun Oleh
Nama : Ziya Ibrizah
NRP : 09.05.311.00054
ILMU KOMUNIASI BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI TRUNOJOYO
2011
UTS PRODUKSI MEDIA CETAK
Draft banyaknya Berita pada Edisi hari Rabu tanggal 20
April 2011
A. Berita Politik, Kode (P):
1.
Golkar Tidak mau jadi partai
penurut
2.
Anggota DPR selalu cari
celah
3.
Gamawan sudah lupa daratan
4.
Kegagalan Intitusi,
kegagalan Negara
5.
KBRI di Swiss pernah tolak
kunjungan DPR
6.
Jaksa agung diperintahkan
penonaktifan Cirus
7.
Agusrin buka rekening
pribadi buat tampung Dana daerah
8.
DPR percayai MK tanganai
sengketa Pemilu Kada
9.
Kuasa Hukum tidak tahu
keberadaan Dokumen Antasari
10.
Amandemen Jadikan DPD
seperti LSM
11.
Suriah hadapi pemberontakan
12.
Kuba Reformasi Ekonomi dan
Politik
13.
Kemenangan Jonathan Dinodai
Kekerasan
14.
Pemberontakan Militer meluas
15.
Presiden Bubarkan parlemen
16.
Tugas Mulia Studi Banding
(Dalam Rubrik Suara Anda. Disini opini masyarakat yang sedang membahas tentang
Kepemerintahan Negara Indonesia. Dan masyarakat menyindir Kepemerintahan
Negara)
17.
Jangan Buat Rakyat Resah
(Dalam Rubrik Forum. Disini opini
masyarakat yang sedang membahas tentang Kepemerintahan Negara Indonesia. Dan
masyarakat menyindir Kepemerintahan Negara)
18.
Arifinto dan badai Politik
PKS
19.
KPK diminta selidiki Dana
Otsus papua
20.
FIFA tetap larang Empat
calon Lama
21.
Arifinto masih Ngantor di
DPR
22.
8 Calon Maju Jadi ketua PSSI
B. Berita Ekonomi, Kode (E):
1.
(Dalam Editorial),
Membiakkan Dana Otonomi Khusus
2.
BNI Bidik Pembiayaan
Komoditas Unggulan
3.
Perusahaan belum bayar
sesuai UMK
4.
Perlindungan nasabah dan
Prinsisp Kehatia-hatian
5.
Program percepatan tumpang
tindih
6.
Bank Indonesia audit Wealth
management perbankan
7.
Prudential Bukukan laba Rp
2,3 Trilliun
8.
BPS Perkirakan April kembali
Deflasi
9.
Pengalihan Kepemilikan West
Madura Janggal
10.
Prospek Negatif AS Benamkan
Bursa Asia
11.
Konsumen kian berani bayar
mahal
12.
Mal pusat belanja mulai
ditinggalkan
13.
Daya serap Blog masih minim
14.
Tim Baru ACFTA perluas
koordinasi
15.
Dana Buyback telkom Rp 3
Trilliun
16.
BSM dapat suntikan modal BRI
Syariah perkuat pertanian
17.
Coca-cola kembangkan seragam
daur ulang
18.
Discovery World Indonesia
bangun taman wisata futuristik
19.
Panen tertunda dihembalang
Hama
20.
Manalagi Tersengat Ulat Bulu
C. Berita Olah raga, Kode (OR):
1.
Sulit bawa pulang sudirman
2.
Heat dan bulls belum
terhadang
3.
Rekor dunia mutal tidak sah
4.
Syarifal Raih Emas di
singapura
5.
Dimulai, pendakian puncak
tertinggi
6.
Hamilton terus tekan
Insinyurnya
7.
MI Bidik Turnamen lainnya
8.
Barcelona banding sanksi
iniesta
9.
Villarreal tetap papn atas
10.
AC Milan andalkan
Robinho-Cassano
11.
Rahmad resmi besut Skuat SEA
Games XXVI
12.
Barca dan madrid rebut gelar
pertama
13.
Pembuktian Bale dan wilshere
D. Berita Kriminal, Kode (K):
1.
Korban NII terus berjatuhan
2.
Sby Cemaskan serangan ke
Aparat
3.
Perompak mulai ikat sandera
WNI
4.
Fitri ditemukan di Hostel
5.
Jajanan di Bogor positif
mengandung zat Berbahaya
6.
Ditembak karena menyerempet
motor
7.
Debt Collector Tewas
dianiaya
8.
Saya yakin Bom dirakit
Syarif sendiri
9.
Warga kebumen ke DPR
10.
Bom ikan lukai Nelayan
11.
Pejabat Ditahan, layanan
umum terhambat
12.
Mengutuk peledakan Bom di
Cirebon
E. Berita Sosial, Kode (S):
1.
Menu dan Obesitas
2.
Sarapan gratis diselter
3.
Kehebohan
ilusi optik di Baturraden
4.
UE siap gelar operasi darat
di Libia
5.
Tepco pompa air beracun ()
6.
Pelindung Aksesori Antik
Betawi (Dalam Rubrik Sosok)
7.
Memasyarakatkan Pornografi
(dalam kolom forum)
8.
Kecewa beli produk Hush
Puppies (Dalam kolom forum)
9.
Turun gunung setelah Bromo
Meletus (Dalam rubrik Fokus Nusantara)
F. Berita kesehatan, Kode
(Kes.):
1.
Kabar gembira untuk
penderita kanker
2.
Rutin cuci darah dan
berenang
3.
Energi lancar, tubuh pun
bugar
4.
Apakah energi itu?
5.
Ketika darah sulit membeku
6.
Bank mata jaring pendorong
dari Rs
7.
Menuju pelayanan berkualitas
bertaraf internasional
G. Berita Hiburan, Kode (H):
1.
Antara Neuron, Musik, dan
perasaan
2.
1997 Agasi Nikahi Brooke
Shields
3.
Terkenang masa lalu (Taufik
Hidayat)
4.
Latih anak jadi model
(Annisa Pohan)
H.
Berita
Pendidikan, Kode (Pn.):
1.
Tidak ada UN susulan bagi
5.814 siswa DKI
2.
Berharap kunci jawaban tidak
lagi beredar
3.
Siswa keluhkan soal
matematika sulit
I. Berita Tekhnologi, Kode
(Tek.):
1.
1972 Apollo 16 Mencapai
Bulan
2.
Uji coba kedua pesawat
siluman
ANALISIS
Berdasarkan
prosentasi jumlah jenis atau klasifikasi berita pada edisi rabu, tanggal 20
april 2011 di suatu media cetak harian, yaitu koran Media Indonesia Berita
Politik menduduki prosentasi tertinggi diantara jenis-jenis berita lainnya.
Dari
sumber inilah maka akan dimulai untuk menganalisis isi koran Media Indonesia
edisi 20 April 2011, mengapa yang menduduki prosentasi tertinggi adalah jenis
berita Politik dengan mengkaitkan pada tema media sebagai institusi sosial. Seperti yang diketahui, pemimpin Koran
harian Media Indonesia adalah Surya Paloh. Surya paloh bergabung dalam Media
Indonesia atas perizinan Drs.
T. Yously Syah sejak tahun 1989, Surya Paloh diberi kepercayaan sebagai pemilik
sekaligus pemrednya. Dan sejak saat itu pulalah, Surya Paloh memboyong Media
Indonesia ke Gedung Prioritas. Penyajian dan bentuk logo surat kabar ini dibuat
seperti Almarhum Prioritas. Kemajuan koran ini, menyebabkan Surya Paloh menjadi
semakin bersemangat untuk melakukan ekspansi pada berbagai media di daerah.
Disamping Media Indonesia dan Vista yang terbit di Jakarta, Surya Paloh
bekerjasama menerbitkan sepuluh penerbitan di daerah. Selain itu, Surya paloh
juga sempat menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar pada Sekber Golkar. Tidak
hanya itu, pada sebuah kesempatan, Surya paloh sempat terang-terangan
mengatakan bahwa ia tak lagi mendukung Susilo Bambang Yudhoyono berikut kutipan
berita tersebut:
“ JAKARTA
–
Ketua Umum Ormas Nasional Demokrat, Surya Paloh, secara terang-terangan mengaku
saat ini dirinya sudah tidak mau mendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) sebagai kepala negara. Surya mengaku kecewa dengan sejumlah kebijakan SBY
yang dinilai tidak pro terhadap rakyat. Hal tersebut diutarakan Surya saat
menemui sejumlah tokoh dari Dewan Penyelamat Negara (DEPAN) di Kantor Nasdem,
Selasa kemarin. “Dari ujung kepala sampai ujung kaki saya dulu mendukung kawan
satu itu (SBY). Dia pandai, doktor sekaligus jenderal. Namun, setelah melihat
carut marutnya keadaan saya sangat kecewa,” kata Surya dalam rilis yang diterima
okezone,
Rabu (6/4/2011).”, dan
tersirat beberapa kabar bahwa ia telah mencanangkan program beberapa tahun
kedepan sebagai presiden RI.
Berikut adalah beberapa pembahasan yang diklasifikasikan secara lebih
sederhana untuk mendukung analisis :
Penulisan
isi Berita Yang Mencerdaskan Bangsa
Surya Paloh terkenal sebagai
pengusaha muda Indonesia. Beliau lahir di Aceh dan besar di Sumatera Utara.
Kegiatan-kegiatan politik yang dilakukannya telah membawa Surya Paloh ke
Jakarta dan menjadi anggota MPR selama dua periode. Saat ini Surya Paloh lebih
dikenal sebagai pemimpin Media Group, yakni sebuah group bisnis media yang
memiliki harian Media Indonesia dan anak perusahaan lain bernama PT Media
Televisi Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai Metro TV.
Media Indonesia adalah sebuah media
penulisan berita yang tumbuh untuk mencerdaskan bangsa dan mengawal proses
demokrasi di Indonesia. Ada sebuah rubrik khusus yang memang lebih
mengedepankan isi berita yang membuat masyarakat mampu menilai situasi dan
kondisi bangsa sehingga publik akan lebih memiliki wawasan dan keberanian untuk
mengontrol dan menyuarakan kesenjangan dan kekurangan kekurangan pada pelaku
sistem birokrasi, politik, ekonomi dan bahkan budaya masyarakat itu sendiri.
Hingga beberapa hari yang lalu saya termasuk salah seorang yang sangat
mengapresiasi peran Media Indonesia. Namun dalam beberapa kasus yang sudah saya
baca pada media ini terlihat penulis-penulis dirubrik POLKAM yaitu sebuah
rubrik yang membahas tentang politik negara ataupun luar negeri, dimana
penulisan berita dan dialognya sering mengambil kesimpulan yang terburu-buru
tentang suatu kasus, apresiasi saya telah menjadi dangkal sebab Media Indonesia
sudah saya anggap sebagai media komunikasi politik yang sering memfasilitasi
usaha-usaha untuk menjatuhkan image pemerintah atau lawan-lawan politik
tertentu di mata khalayak. Saya mulai berpikir bahwa Media indonesia ini memang telah ditumpangi oleh kepentingan-kepentingan
tertentu. Terlebih lagi ketika pemberitaan Nasional Demokrat sudah semakin
sering dimunculkan pada media ini.
Media
Indonesia dan Kepentingan Pemiliknya
Sebagaimana yang kita tahu, tidak sedikit isu-isu
kecil dan yang tidak krusial terkesan dibesar-besarkan oleh Media Indonesia
hanya karena ingin menjatuhkan kredibilitas beberapa pelaku pemerintahan atau
politik tertentu. Isu-isu tersebut sengaja dikembangkan agar hal ini bisa
mendukung misi jangka panjang dari kepentingan-kepentingan yang telah
menumpangi media cetak koran harian ini. Dalam analsis ini tidak akan
menuliskan contoh-contoh isu kecil tersebut karena sepertinya khalayak luaspun
bisa menilai sendiri sebagai pembaca Media Indonesia. Terlebih lagi ketika hal
ini sudah menjadi perbincangan di ranah publik. Jelas sekali terlihat bahwa
Media Indonesia lebih banyak menuliskan kritik terhadap pemerintah dan
pelaku-pelaku politik tertentu daripada berita keberhasilan-keberhasilan yang
telah dicapai.
Kepentingan
tertentu yang telah menumpangi Media Indonesia yang saya maksud adalah
kepentingan Surya Paloh sebagai Bos media ini untuk menjadi Presiden Republik
Indonesia periode 2014-2019. mungkin hal ini sama sekali tidak mengejutkan,
karena pada dasarnya tujuan akhir para politisi memang sudah diketahui
khalayak, yakni kekuasaan.
Pers
dan Presiden
Surya Paloh, sebagaimana yang sudah
kita ketahui, adalah seorang pengusaha dan juga politisi. Menjadi presiden di
Indonesia bukanlah hal yang tidak bisa dicapai oleh Surya Paloh.
Catatan-catatan keberhasilan dan ke-ngotot-annya dalam menguasai bisnis media
bisa menjadi referensi untuk hal ini.
Saat
memulai bisnis pers, Surya Paloh bukanlah seseorang yang memiliki latar
belakang di bidang jurnalisme. Dunia pers adalah hal yang baru bagi Surya
Paloh. Saat itu bisnis pers sudah terlebih dulu dikuasai oleh banyak pemain.
Namun walaupun pasar pers telah ramai terisi dengan persaingan, Surya Paloh
tetap ngotot dan bahkan ia berani mempertaruhkan modal dalam jumlah yang
relatif besar, dengan melakukan terobosan-terobosan baru yang tidak biasa
dilakukan oleh pengusaha-pengusaha media pendahulunya. Ia berani menghadapi
risiko rugi atau bangkrut dan Ia sangat kreatif dan inovatif. Dan, Surya paloh
berhasil. Sebagai bos media pers terbesar di Indonesia, Surya Paloh memiliki
modal dan fasilitas untuk meraih posisi RI-1. Pers punya kekuatan yang kuat dan
di negara-negara barat pers dikenal sebagai lembaga keempat setelah legislatif,
yudikatif dan eksekutif. Sering sekali pers mempublikasikan beberapa tokoh
dalam politik, tokoh dari berbagai disiplin ilmu atau masyarakat sehingga
mereka menjadi besar dan berpengaruh. Seseorang tidaklah akan memiliki nama
besar apabila pers memboikotnya. Dengan demikian, bisnis pers memanglah bergengsi
karena pers akan memberi kebanggaan, kekuatan dan kekuasaan. Surya Paloh sangat
menyadari hal ini dan tentunya dia akan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya
dalam memuluskan perjalanannya menuju RI-1.
Untuk
menuju posisi RI-1, sebagai langkah awal, Surya Paloh mencoba menjadi Ketua
Umum partai Golkar. Sebab ketika terpilih nantinya, Surya Paloh akan lebih
mudah melakukan manuver politik dan akan selalu menjadi objek pemberitaan di
medianya, terutama Media Indonesia. Saya yakin bahwa Media Indonesia akan lebih
menggembar-gemborkan citra Surya Paloh apabila dia berhasil terpilih sebagai
ketua Umum Golkar. Namun sayangnya, Aburizal Bakrie terpilih sebagai Ketua Umum
yang baru. Hal ini membuat Surya Paloh harus mencari cara lain agar media
persnya memiliki alasan untuk sering memberitakan citranya kepada publik.
Nasional
Demokrat di Media Indonesia
Mendirikan organisasi masyarakat
Nasional Demokrat adalah cara brilian yang digunakan oleh Surya Paloh untuk
menjadikan dirinya tetap sebagai objek berita sebagai upaya untuk mencitrakan
dirinya di depan publik. Terlebih ketika wacana yang dikembangkan oleh Nasional
Demokrat adalah Restorasi Indonesia, sebuah wacana ampuh untuk mengumpulkan
dukungan publik pada saat publik sedang berpikir bahwa Indonesia harus dibenahi.
Beberapa
program yang memang menjadi harapan publik dalam bidang politik, ekonomi dan
budaya diwacanakan sehingga kehadiran Nasional Demokrat akan dianggap sebagai
sebuah solusi ditengah keputusasaan dan kebuntuan bangsa. Media Indonesia akan
sangat berperan sebagai pembanding dalam mengkampanyekan anggapan ini kepada
publik dan secara cerdik, pada saat yang sama Media Indonesia juga secara terus
menerus menggembar-gemborkan ketimpangan-ketimpangan yang terjadi saat ini
dalam pemerintahan dan politik sehingga publik akan bisa melihat dengan jelas
wacana restorasi dari Nasional Demokrat adalah jalan keluar yang memang harus
ditempuh oleh bangsa Indonesia.
Tidak
heran apabila Media Indonesia lebih sering mengedepankan kritikan terhadap
pemerintah dan disaat yang sama iklan Nasional Demokrat lebih sering
diberitakan. Termasuk pemberitaan Surya paloh yang diberitakan dengan konteks
bahasa yang halus juga baik dari pada pemberitaan Presiden atau
politisi-politisi penting lainnya. Seperti Surya
Paloh mengatakan, Nasional Demokrat akan terus melebarkan sayap ke berbagai
daerah. "Pascadeklarasi yang diadakan di Jakarta pada 1 Februari 2010,
kita akan terus mendeklarasikan organisasi ini di berbagai daerah,"
katanya. Dalam Media Indonesia edisi 14 januari 2011 dalam judul “Surya paloh deklarasikan Nasdem ditanah
Minang”. Apabila
dibandingkan dengan ketika Media Indonesia memberitakan tentang oknum-oknum
negara maka akan sangat jelas perbedaanya seperti yang ditulis dalam kolom podium, disana dituliskan judul yang
agaknya Keras, pada pemberitaan kritik institusi Negara yang jelas ada
hubunganya dengan kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dalam berita tersebut
seolah diceritakan pada masyarakat bahwa pemerintahan presiden RI saat ini
agaknya bobrok dan presiden telah
memilih orang-orang yang salah dalam membangun negara, judul yang dimaksud
diatas adalah “Kegagalan Institusi, Kegagalan Negara, ” Selain itu dapat pula dilihat dari pemberitaan dihalaman pertama
yang diberi judul oleh pihak Media Indonesia “Sby Cemaskan Serangan Aparat” sebagai respon adanya tindak bom bunuh
diri yang dilakukan oleh beberapa pihak yang ingin merealisasikan NII atau
Negara Indonesia Islam. Pada baris pertama, disana disebutkan (PRESIDEN Susilo bambang Yudhoyono Mengutuk aksi Bom bunuh diri di Masjid
Al Dzikra, kantor polresta Cirebon, Jawa Barat. Jum’at (15/4)) Dalam
kutipan yang saya sebutkan diatas terdapat kata mengutuk yang sengaja saya
cetal miring dan tebal sebagai bukti bahwa Media Indonesia tidak menggunakan
gaya bahasa yang lebih halus untuk pePeriode penayangan iklan Nasional Demokrat
ini juga bisa jadi tanpa batas himberitaan Presiden RI yaitu Susuilo bambang
Yudhoyono.
Sedangkan
diluar sana terdapat berbagai jenis khalayak, salah satunya adalah khalayak
yang sesuai dengan teori jarum suntik. Teori Jarum Suntik
berpendapat bahwa khalayak sama sekali tidak memiliki kekuasaan untuk menolak
informasi setelah disuntikkan melalui media komunikasi. Khalayak terlena seperti
kemasukan obat bius melalui jarum suntik sehingga tidak memiliki alternatif
untuk menentukan pilihan lain, kecuali apa yang disiarkan oleh media. Teori ini
juga dikenal dengan sebutan Teori Peluru atau bullet theory, dimana khalayak akan menerima mentah-mentah berita apa
saja yang disuguhkan padanya tanpa menyerap kembali dengan gaya bahasanya yang
selanjutnya apabila Media Indonesia menggunakan kata “Presiden Mengutuk” pada
pemberitaan presiden RI saat ini maka akan berdampak pada konotasi negatif
pandangan mereka terhadap Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Dan pastinya
tidak hanya berhenti pada satu atau dua pemberitaan saja namun akan selalu
dilakukan seperti itu sehingga tujuan Surya Paloh tercapai. (http://sulfikar.com/teori-jarum-suntik.html),
Surya Palohpun akan menjadikan Nasional Demokrat ini
sebagai sarana untuk mengarahkan publik agar dia bisa mencalonkan dirinya
sebagai salah satu calon presiden periode 2014-2019. Tentunya terlebih dahulu,
Surya Paloh akan menjadikan Nasional Demokrat ini sebagai salah satu partai
politik yang akan mencoba memenangkan pemilu tahun 2014.
Surya
Paloh Sebagai Calon Presiden
Sepertinya Surya Paloh punya
kemungkinan memenangkan Nasional Demokrat atau setidaknya menjadikan Nasional
Demokrat ini sebagai sebuah partai baru yang memiliki suara dalam urutan 3-5
besar. Sebab, Surya Paloh punya Media Indonesia dan media lainnya sebagai alat
untuk mencitrakan partai barunya ini. Berita-berita yang baik tentang Nasional
Demokrat akan mendapatkan porsi yang jauh lebih besar daripada berita tentang
partai-partai yang menjadi lawannya. Terlebih lagi ketika Surya Paloh tidak
harus membayar untuk iklan kampanye dirinya sebagai presiden dan melalui media
Indonesia serta media-media lain yang dimilikinya, Surya Paloh juga akan mudah
mengatur pemberitaan yang baik tentang dirinya dan menyerang calon presiden
lain sebagai lawan. Sekali lagi Surya Paloh memahami betul bahwa pers
sangat memiliki kekuatan yang ajaib untuk bisa membesarkan dirinya dan atau
partai politiknya.
Sebagai
salah satu penduduk negeri ini yang mencoba untuk berpikir demokratis, saya
menganggap apa yang dilakukan oleh Surya Paloh ini wajar-wajar saja. Selain
karena dia memiliki dana, media dan kemampuan berpolitik, Surya Paloh juga
memiliki hak-hak politik sebagaimana warga negara Indonesia lainnya. Saya
berharap bahwa tujuan beliau memang benar-benar tulus untuk merestorasi bangsa
ini dan jika memang jalan seperti ini yang harus ditempuhnya, saya akan
memberikan apresiasi tinggi sepanjang apa yang dicitrakannya melalui cara ini
akan benar-benar sesuai dengan kenyataan dalam merestorasi Indonesia (apa bila
rakyat memang memilihnya sebagai presiden).
Namun yang menjadi kekhawatiran
adalah jika tujuan Surya Paloh sebagai presiden nantinya tidak benar-benar
tulus untuk merestorasi Indonesia. Apakah Media Indonesia nantinya akan
semata-mata digerakkan sebagai alat pembangun citra pemerintahan apabila memang
benar kelak Surya Paloh akan memimpin negara ini? Melihat apa yang terjadi pada
Media Indonesia saat ini, sangat mungkin kekhawatiran saya tersebut terjadi
nantinya. Saya berpikir bahwa jika Surya Paloh terpilih sebagai presiden, Media
Indonesia akan lebih digunakan sebagai media dalam membangun citranya. Media
cetak harian ini akan sedikit sekali menayangkan berita-berita tentang
kegagalan Surya Paloh dalam merestorasi Indonesia (apabila restorasi ini tidak
terlaksana). Justru keberhasilan-keberhasilan yang tidak signifikan justru akan
diperbesar untuk mendongkrak citra pemerintah. Dan yang sudah pasti, Media
Indonesia akan lebih sering lagi mengekspos kekurangan pihak-pihak yang menjadi
oposisi.
Secara umum ini akan membahayakan
bangsa. Sebab rakyat akan bingung. Di satu sisi media memberitakan keberhasilan
pemerintah dan di sisi yang lain (jika memang terjadi) rakyat merasakan
kenyataan yang tidak sesuai dengan yang sering diberitakan. Seperti yang sering
terjadi sekarang, rakyat tidak tahu siapa yang bertanggung jawab dalam berbagai
kasus karena kejahatan seseorang terkadang tergantung dari bagaimana pers
memberitakannya. Apa yang didengungkan oleh Media Indonesia tentang citranya
saat ini sebagai media cetak pengawal reformasi dan demokrasi akan sangat
berkesan berkonflik dengan kepentingan pemiliknya ketika Surya Paloh terpilih
nantinya sebagai presiden. Pemberitaannya akan memiliki nilai bias dan justru
akan mengaburkan tujuan reformasi dan makna demokrasi itu sendiri. Jika Media
Indonesia dan media lainnya sebagai media-media terbesar di Indonesia sudah
menjadi alat pemerintah untuk mencitrakan pemerintahannya, apalagi yang bisa
dipercaya oleh khalayak sebagai sarana untuk mengawasi dan mengontrol
pemerintah? Mungkin khalayak akan kembali pada Orde Baru yang selalu menikmati
suguhan statistik-statistik palsu tentang keberhasilan pemerintah.
Sebagai
warga negara, saya mencoba memberikan sudut pandang ini kepada Media Group,
khususnya Media Indonesia agar kembali menjaga netralitasnya sebagai media yang
menggunakan ruang publik di Negara ini. Saya juga mengusulkan agar Surya Paloh
atau siapapun pemilik media lainnya untuk melepaskan saham dan statusnya
sebagai pemilik atau pengelola media terlebih dahulu sebelum mencalonkan diri
sebagai presiden. Semua ini hanyalah untuk tetap menjaga netralitas pers sebagai salah satu kekuatan terbesar dalam
mendewasakan demokrasi di tanah air ini.
Kesimpulan:
Maka berdasarkan beberapa analisis
yang diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan analisis framing, maka
dapat saya simpulkan mengapa pada edisi tanggal 20 April 2011 Media Indonesia
lebih banyak mengusung berita politik dalam terbitanya bahkan dengan
pemberitaan tentang presiden RI dengan penggunaan gaya bahasa yang kurang enak
dibaca dan terkesan berkonotasi negatif atau dikemas dengan bahasa yang kurang
halus? Hal ini tidak lain semata-mata bahwa pemimpin media Indonesia yang
bernama Surya Paloh ingin memberikan citra yang kurang baik tentang
pemerintahan dan oknum-oknum yang dianggapnya sebagai rival dalam pencapaian
rencana jangka panjangnya untuk bisa menjabat sebagai orang nomor satu di
Indonesia atau yang lebih dikenal dalam bahasa awamnya adalah pemimpin negara
atau Presiden di Negara Republik Indonesia ini.
Dan pada edisi tanggal 20 April 2011
seolah menjadi kesempatan bagi Surya Paloh untuk melicinkan kepentinganya
tersebut. Karena segala realita politik pada saat ini memang dalam guncangan
yang cukup rumit terkait dengan polemik-polemik yang terdapat dinegara yang
sedang hangat-hangatnya diperbincangkan oleh masyarakat atau khalayak umum dan
Krisis media terhadap polemik politik PSSI yang tak kunjung usai
permasalahanya. Media Indonesia memberikan tanda terhadap pembacanya dengan
penggunaan gaya bahasa yang kurang halus terhadap pemberitaan politik dan
negara namun penggunaan gaya bahasa yang halus terhadap pemberitaan tentang
Surya Paloh dan sepertinya sebagian tanda tersebut sudah berhasil disampaikan
karena saat ini khalayak mulai merasakan kebimbangan terhadap pemerintahan
Indonesia dan kepemimpinan Susilo bambang Yudhoyono. Dan tanda tersebut yang
dalam teori Semiotik merupakan jenis tanda atau semiotik pragmatik, karena
meskipun khalayak mampu menangkap secara bulat-bulat dan tanpa pertimbangan
atau analisa terlebih dahulu, namun itu hanya sebagian saja. Dan dari sebagian
khalayak yang lain kadangkala masih melalui tahap analisis sehingga meskipun
media Indonesia mengatakan “A”, mereka tidak semata-mata menerima dan
berpresepsi “A” pula.
DAFTAR PUSTAKA
·
Koran
Media Indonesia (Edisi tanggal 20 April 2011)
·
http://news.okezone.com/read/2011/04/06/339/442934/surya-paloh-dulu-saya-dukung-sby-sekarang-tidak,
Akses hari rabu, tanggal 20 april 2011, pukul 18.30-20.15
·
http://sulfikar.com/teori-jarum-suntik.html, Akses hari rabu,
tanggal 20 april 2011, pukul 20.15-21.00
·
http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/teori-semiotik.html,
Akses
hari kamis, tanggal 21 april 2011, pukul 07.30-08.20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar