Kamis, 03 Mei 2012

JIAN TENGAH SEMESTER GENAP (UTS) PRODUKSI MEDIA CETAK ANALISIS MEDIA CETAK HARIAN (KORAN MEDIA INDONESIA Edisi Rabu, tanggal 20 April 2011 )


UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP (UTS)
 PRODUKSI MEDIA CETAK
ANALISIS MEDIA CETAK HARIAN
(KORAN MEDIA INDONESIA Edisi Rabu, tanggal 20 April 2011 )


Disusun Oleh
Nama  : Ziya Ibrizah
NRP    : 09.05.311.00054



ILMU KOMUNIASI BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI TRUNOJOYO
2011

UTS PRODUKSI MEDIA CETAK
Draft banyaknya Berita pada Edisi hari Rabu tanggal 20 April 2011

A.   Berita Politik, Kode (P):
1.    Golkar Tidak mau jadi partai penurut
2.    Anggota DPR selalu cari celah
3.    Gamawan sudah lupa daratan
4.    Kegagalan Intitusi, kegagalan Negara
5.    KBRI di Swiss pernah tolak kunjungan DPR
6.    Jaksa agung diperintahkan penonaktifan Cirus
7.    Agusrin buka rekening pribadi buat tampung Dana daerah
8.    DPR percayai MK tanganai sengketa Pemilu Kada
9.    Kuasa Hukum tidak tahu keberadaan Dokumen Antasari
10. Amandemen Jadikan DPD seperti LSM
11. Suriah hadapi pemberontakan
12. Kuba Reformasi Ekonomi dan Politik
13. Kemenangan Jonathan Dinodai Kekerasan
14. Pemberontakan Militer meluas
15. Presiden Bubarkan parlemen
16. Tugas Mulia Studi Banding (Dalam Rubrik Suara Anda. Disini opini masyarakat yang sedang membahas tentang Kepemerintahan Negara Indonesia. Dan masyarakat menyindir Kepemerintahan Negara)
17. Jangan Buat Rakyat Resah (Dalam Rubrik Forum. Disini opini masyarakat yang sedang membahas tentang Kepemerintahan Negara Indonesia. Dan masyarakat menyindir Kepemerintahan Negara)
18. Arifinto dan badai Politik PKS
19. KPK diminta selidiki Dana Otsus papua
20. FIFA tetap larang Empat calon Lama
21. Arifinto masih Ngantor di DPR
22. 8 Calon Maju Jadi ketua PSSI


B.   Berita Ekonomi, Kode (E):
1.    (Dalam Editorial), Membiakkan Dana Otonomi Khusus
2.    BNI Bidik Pembiayaan Komoditas Unggulan
3.    Perusahaan belum bayar sesuai UMK
4.    Perlindungan nasabah dan Prinsisp Kehatia-hatian
5.    Program percepatan tumpang tindih
6.    Bank Indonesia audit Wealth management perbankan
7.    Prudential Bukukan laba Rp 2,3 Trilliun
8.    BPS Perkirakan April kembali Deflasi
9.    Pengalihan Kepemilikan West Madura Janggal
10. Prospek Negatif AS Benamkan Bursa Asia
11. Konsumen kian berani bayar mahal
12. Mal pusat belanja mulai ditinggalkan
13. Daya serap Blog masih minim
14. Tim Baru ACFTA perluas koordinasi
15. Dana Buyback telkom Rp 3 Trilliun
16. BSM dapat suntikan modal BRI Syariah perkuat pertanian
17. Coca-cola kembangkan seragam daur ulang
18. Discovery World Indonesia bangun taman wisata futuristik
19. Panen tertunda dihembalang Hama
20. Manalagi Tersengat Ulat Bulu

C.   Berita Olah raga, Kode (OR):
1.    Sulit bawa pulang sudirman
2.    Heat dan bulls belum terhadang
3.    Rekor dunia mutal tidak sah
4.    Syarifal Raih Emas di singapura
5.    Dimulai, pendakian puncak tertinggi
6.    Hamilton terus tekan Insinyurnya
7.    MI Bidik Turnamen lainnya
8.    Barcelona banding sanksi iniesta
9.    Villarreal tetap papn atas
10. AC Milan andalkan Robinho-Cassano
11. Rahmad resmi besut Skuat SEA Games XXVI
12. Barca dan madrid rebut gelar pertama
13. Pembuktian Bale dan wilshere


D.   Berita Kriminal, Kode (K):
1.    Korban NII terus berjatuhan
2.    Sby Cemaskan serangan ke Aparat
3.    Perompak mulai ikat sandera WNI
4.    Fitri ditemukan di Hostel
5.    Jajanan di Bogor positif mengandung zat Berbahaya
6.    Ditembak karena menyerempet motor
7.    Debt Collector Tewas dianiaya
8.    Saya yakin Bom dirakit Syarif sendiri
9.    Warga kebumen ke DPR
10. Bom ikan lukai Nelayan
11. Pejabat Ditahan, layanan umum terhambat
12. Mengutuk peledakan Bom di Cirebon


E.   Berita Sosial, Kode (S):
1.    Menu dan Obesitas
2.    Sarapan gratis diselter
3.    Kehebohan ilusi optik di Baturraden
4.    UE siap gelar operasi darat di Libia
5.    Tepco pompa air beracun ()
6.    Pelindung Aksesori Antik Betawi (Dalam Rubrik Sosok)
7.    Memasyarakatkan Pornografi (dalam kolom forum)
8.    Kecewa beli produk Hush Puppies (Dalam kolom forum)
9.    Turun gunung setelah Bromo Meletus (Dalam rubrik Fokus Nusantara)

F.    Berita kesehatan, Kode (Kes.):
1.    Kabar gembira untuk penderita kanker
2.    Rutin cuci darah dan berenang
3.    Energi lancar, tubuh pun bugar
4.    Apakah energi itu?
5.    Ketika darah sulit membeku
6.    Bank mata jaring pendorong dari Rs
7.    Menuju pelayanan berkualitas bertaraf internasional

G.   Berita Hiburan, Kode (H):
1.    Antara Neuron, Musik, dan perasaan
2.    1997 Agasi Nikahi Brooke Shields
3.    Terkenang masa lalu (Taufik Hidayat)
4.    Latih anak jadi model (Annisa Pohan)


H.   Berita Pendidikan, Kode (Pn.):

1.    Tidak ada UN susulan bagi 5.814 siswa DKI
2.    Berharap kunci jawaban tidak lagi beredar
3.    Siswa keluhkan soal matematika sulit


I.      Berita Tekhnologi, Kode (Tek.):
1.    1972 Apollo 16 Mencapai Bulan
2.    Uji coba kedua pesawat siluman




ANALISIS
Berdasarkan prosentasi jumlah jenis atau klasifikasi berita pada edisi rabu, tanggal 20 april 2011 di suatu media cetak harian, yaitu koran Media Indonesia Berita Politik menduduki prosentasi tertinggi diantara jenis-jenis berita lainnya.
Dari sumber inilah maka akan dimulai untuk menganalisis isi koran Media Indonesia edisi 20 April 2011, mengapa yang menduduki prosentasi tertinggi adalah jenis berita Politik dengan mengkaitkan pada tema media sebagai institusi sosial.          Seperti yang diketahui, pemimpin Koran harian Media Indonesia adalah Surya Paloh. Surya paloh bergabung dalam Media Indonesia atas perizinan Drs. T. Yously Syah sejak tahun 1989, Surya Paloh diberi kepercayaan sebagai pemilik sekaligus pemrednya. Dan sejak saat itu pulalah, Surya Paloh memboyong Media Indonesia ke Gedung Prioritas. Penyajian dan bentuk logo surat kabar ini dibuat seperti Almarhum Prioritas. Kemajuan koran ini, menyebabkan Surya Paloh menjadi semakin bersemangat untuk melakukan ekspansi pada berbagai media di daerah. Disamping Media Indonesia dan Vista yang terbit di Jakarta, Surya Paloh bekerjasama menerbitkan sepuluh penerbitan di daerah. Selain itu, Surya paloh juga sempat menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar pada Sekber Golkar. Tidak hanya itu, pada sebuah kesempatan, Surya paloh sempat terang-terangan mengatakan bahwa ia tak lagi mendukung Susilo Bambang Yudhoyono berikut kutipan berita tersebut:
JAKARTA – Ketua Umum Ormas Nasional Demokrat, Surya Paloh, secara terang-terangan mengaku saat ini dirinya sudah tidak mau mendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai kepala negara. Surya mengaku kecewa dengan sejumlah kebijakan SBY yang dinilai tidak pro terhadap rakyat. Hal tersebut diutarakan Surya saat menemui sejumlah tokoh dari Dewan Penyelamat Negara (DEPAN) di Kantor Nasdem, Selasa kemarin. “Dari ujung kepala sampai ujung kaki saya dulu mendukung kawan satu itu (SBY). Dia pandai, doktor sekaligus jenderal. Namun, setelah melihat carut marutnya keadaan saya sangat kecewa,” kata Surya dalam rilis yang diterima okezone, Rabu (6/4/2011).”, dan tersirat beberapa kabar bahwa ia telah mencanangkan program beberapa tahun kedepan sebagai presiden RI.
Berikut adalah beberapa pembahasan yang diklasifikasikan secara lebih sederhana untuk mendukung analisis :
Penulisan isi Berita Yang Mencerdaskan Bangsa
            Surya Paloh terkenal sebagai pengusaha muda Indonesia. Beliau lahir di Aceh dan besar di Sumatera Utara. Kegiatan-kegiatan politik yang dilakukannya telah membawa Surya Paloh ke Jakarta dan menjadi anggota MPR selama dua periode. Saat ini Surya Paloh lebih dikenal sebagai pemimpin Media Group, yakni sebuah group bisnis media yang memiliki harian Media Indonesia dan anak perusahaan lain bernama PT Media Televisi Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai Metro TV.
            Media Indonesia adalah sebuah media penulisan berita yang tumbuh untuk mencerdaskan bangsa dan mengawal proses demokrasi di Indonesia. Ada sebuah rubrik khusus yang memang lebih mengedepankan isi berita yang membuat masyarakat mampu menilai situasi dan kondisi bangsa sehingga publik akan lebih memiliki wawasan dan keberanian untuk mengontrol dan menyuarakan kesenjangan dan kekurangan kekurangan pada pelaku sistem birokrasi, politik, ekonomi dan bahkan budaya masyarakat itu sendiri. Hingga beberapa hari yang lalu saya termasuk salah seorang yang sangat mengapresiasi peran Media Indonesia. Namun dalam beberapa kasus yang sudah saya baca pada media ini terlihat penulis-penulis dirubrik POLKAM yaitu sebuah rubrik yang membahas tentang politik negara ataupun luar negeri, dimana penulisan berita dan dialognya sering mengambil kesimpulan yang terburu-buru tentang suatu kasus, apresiasi saya telah menjadi dangkal sebab Media Indonesia sudah saya anggap sebagai media komunikasi politik yang sering memfasilitasi usaha-usaha untuk menjatuhkan image pemerintah atau lawan-lawan politik tertentu di mata khalayak. Saya mulai berpikir bahwa Media indonesia  ini memang telah ditumpangi oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Terlebih lagi ketika pemberitaan Nasional Demokrat sudah semakin sering dimunculkan pada media ini.
Media Indonesia dan Kepentingan Pemiliknya
Sebagaimana yang kita tahu, tidak sedikit isu-isu kecil dan yang tidak krusial terkesan dibesar-besarkan oleh Media Indonesia hanya karena ingin menjatuhkan kredibilitas beberapa pelaku pemerintahan atau politik tertentu. Isu-isu tersebut sengaja dikembangkan agar hal ini bisa mendukung misi jangka panjang dari kepentingan-kepentingan yang telah menumpangi media cetak koran harian ini. Dalam analsis ini tidak akan menuliskan contoh-contoh isu kecil tersebut karena sepertinya khalayak luaspun bisa menilai sendiri sebagai pembaca Media Indonesia. Terlebih lagi ketika hal ini sudah menjadi perbincangan di ranah publik. Jelas sekali terlihat bahwa Media Indonesia lebih banyak menuliskan kritik terhadap pemerintah dan pelaku-pelaku politik tertentu daripada berita keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai.
Kepentingan tertentu yang telah menumpangi Media Indonesia yang saya maksud adalah kepentingan Surya Paloh sebagai Bos media ini untuk menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019. mungkin hal ini sama sekali tidak mengejutkan, karena pada dasarnya tujuan akhir para politisi memang sudah diketahui khalayak, yakni kekuasaan.
Pers dan Presiden
            Surya Paloh, sebagaimana yang sudah kita ketahui, adalah seorang pengusaha dan juga politisi. Menjadi presiden di Indonesia bukanlah hal yang tidak bisa dicapai oleh Surya Paloh. Catatan-catatan keberhasilan dan ke-ngotot-annya dalam menguasai bisnis media bisa menjadi referensi untuk hal ini.
Saat memulai bisnis pers, Surya Paloh bukanlah seseorang yang memiliki latar belakang di bidang jurnalisme. Dunia pers adalah hal yang baru bagi Surya Paloh. Saat itu bisnis pers sudah terlebih dulu dikuasai oleh banyak pemain. Namun walaupun pasar pers telah ramai terisi dengan persaingan, Surya Paloh tetap ngotot dan bahkan ia berani mempertaruhkan modal dalam jumlah yang relatif besar, dengan melakukan terobosan-terobosan baru yang tidak biasa dilakukan oleh pengusaha-pengusaha media pendahulunya. Ia berani menghadapi risiko rugi atau bangkrut dan Ia sangat kreatif dan inovatif. Dan, Surya paloh berhasil. Sebagai bos media pers terbesar di Indonesia, Surya Paloh memiliki modal dan fasilitas untuk meraih posisi RI-1. Pers punya kekuatan yang kuat dan di negara-negara barat pers dikenal sebagai lembaga keempat setelah legislatif, yudikatif dan eksekutif. Sering sekali pers mempublikasikan beberapa tokoh dalam politik, tokoh dari berbagai disiplin ilmu atau masyarakat sehingga mereka menjadi besar dan berpengaruh. Seseorang tidaklah akan memiliki nama besar apabila pers memboikotnya. Dengan demikian, bisnis pers memanglah bergengsi karena pers akan memberi kebanggaan, kekuatan dan kekuasaan. Surya Paloh sangat menyadari hal ini dan tentunya dia akan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam memuluskan perjalanannya menuju RI-1.
Untuk menuju posisi RI-1, sebagai langkah awal, Surya Paloh mencoba menjadi Ketua Umum partai Golkar. Sebab ketika terpilih nantinya, Surya Paloh akan lebih mudah melakukan manuver politik dan akan selalu menjadi objek pemberitaan di medianya, terutama Media Indonesia. Saya yakin bahwa Media Indonesia akan lebih menggembar-gemborkan citra Surya Paloh apabila dia berhasil terpilih sebagai ketua Umum Golkar. Namun sayangnya, Aburizal Bakrie terpilih sebagai Ketua Umum yang baru. Hal ini membuat Surya Paloh harus mencari cara lain agar media persnya memiliki alasan untuk sering memberitakan citranya kepada publik.
Nasional Demokrat di Media Indonesia
            Mendirikan organisasi masyarakat Nasional Demokrat adalah cara brilian yang digunakan oleh Surya Paloh untuk menjadikan dirinya tetap sebagai objek berita sebagai upaya untuk mencitrakan dirinya di depan publik. Terlebih ketika wacana yang dikembangkan oleh Nasional Demokrat adalah Restorasi Indonesia, sebuah wacana ampuh untuk mengumpulkan dukungan publik pada saat publik sedang berpikir bahwa Indonesia harus dibenahi.
Beberapa program yang memang menjadi harapan publik dalam bidang politik, ekonomi dan budaya diwacanakan sehingga kehadiran Nasional Demokrat akan dianggap sebagai sebuah solusi ditengah keputusasaan dan kebuntuan bangsa. Media Indonesia akan sangat berperan sebagai pembanding dalam mengkampanyekan anggapan ini kepada publik dan secara cerdik, pada saat yang sama Media Indonesia juga secara terus menerus menggembar-gemborkan ketimpangan-ketimpangan yang terjadi saat ini dalam pemerintahan dan politik sehingga publik akan bisa melihat dengan jelas wacana restorasi dari Nasional Demokrat adalah jalan keluar yang memang harus ditempuh oleh bangsa Indonesia.
            Tidak heran apabila Media Indonesia lebih sering mengedepankan kritikan terhadap pemerintah dan disaat yang sama iklan Nasional Demokrat lebih sering diberitakan. Termasuk pemberitaan Surya paloh yang diberitakan dengan konteks bahasa yang halus juga baik dari pada pemberitaan Presiden atau politisi-politisi penting lainnya. Seperti Surya Paloh mengatakan, Nasional Demokrat akan terus melebarkan sayap ke berbagai daerah. "Pascadeklarasi yang diadakan di Jakarta pada 1 Februari 2010, kita akan terus mendeklarasikan organisasi ini di berbagai daerah," katanya. Dalam Media Indonesia edisi 14 januari 2011 dalam judul “Surya paloh deklarasikan Nasdem ditanah Minang. Apabila dibandingkan dengan ketika Media Indonesia memberitakan tentang oknum-oknum negara maka akan sangat jelas perbedaanya seperti yang ditulis dalam kolom podium, disana dituliskan judul yang agaknya Keras, pada pemberitaan kritik institusi Negara yang jelas ada hubunganya dengan kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dalam berita tersebut seolah diceritakan pada masyarakat bahwa pemerintahan presiden RI saat ini agaknya bobrok dan presiden telah memilih orang-orang yang salah dalam membangun negara, judul yang dimaksud diatas adalah “Kegagalan Institusi, Kegagalan Negara, Selain itu dapat pula dilihat dari pemberitaan dihalaman pertama yang diberi judul oleh pihak Media Indonesia “Sby Cemaskan Serangan Aparat sebagai respon adanya tindak bom bunuh diri yang dilakukan oleh beberapa pihak yang ingin merealisasikan NII atau Negara Indonesia Islam. Pada baris pertama, disana disebutkan (PRESIDEN Susilo bambang Yudhoyono Mengutuk aksi Bom bunuh diri di Masjid Al Dzikra, kantor polresta Cirebon, Jawa Barat. Jum’at (15/4)) Dalam kutipan yang saya sebutkan diatas terdapat kata mengutuk yang sengaja saya cetal miring dan tebal sebagai bukti bahwa Media Indonesia tidak menggunakan gaya bahasa yang lebih halus untuk pePeriode penayangan iklan Nasional Demokrat ini juga bisa jadi tanpa batas himberitaan Presiden RI yaitu Susuilo bambang Yudhoyono.
            Sedangkan diluar sana terdapat berbagai jenis khalayak, salah satunya adalah khalayak yang sesuai dengan teori jarum suntik. Teori Jarum Suntik berpendapat bahwa khalayak sama sekali tidak memiliki kekuasaan untuk menolak informasi setelah disuntikkan melalui media komunikasi. Khalayak terlena seperti kemasukan obat bius melalui jarum suntik sehingga tidak memiliki alternatif untuk menentukan pilihan lain, kecuali apa yang disiarkan oleh media. Teori ini juga dikenal dengan sebutan Teori Peluru atau bullet theory, dimana khalayak akan menerima mentah-mentah berita apa saja yang disuguhkan padanya tanpa menyerap kembali dengan gaya bahasanya yang selanjutnya apabila Media Indonesia menggunakan kata “Presiden Mengutuk” pada pemberitaan presiden RI saat ini maka akan berdampak pada konotasi negatif pandangan mereka terhadap Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Dan pastinya tidak hanya berhenti pada satu atau dua pemberitaan saja namun akan selalu dilakukan seperti itu sehingga tujuan Surya Paloh tercapai. (http://sulfikar.com/teori-jarum-suntik.html), Surya Palohpun akan menjadikan Nasional Demokrat ini sebagai sarana untuk mengarahkan publik agar dia bisa mencalonkan dirinya sebagai salah satu calon presiden periode 2014-2019. Tentunya terlebih dahulu, Surya Paloh akan menjadikan Nasional Demokrat ini sebagai salah satu partai politik yang akan mencoba memenangkan pemilu tahun 2014.
Surya Paloh Sebagai Calon Presiden
            Sepertinya Surya Paloh punya kemungkinan memenangkan Nasional Demokrat atau setidaknya menjadikan Nasional Demokrat ini sebagai sebuah partai baru yang memiliki suara dalam urutan 3-5 besar. Sebab, Surya Paloh punya Media Indonesia dan media lainnya sebagai alat untuk mencitrakan partai barunya ini. Berita-berita yang baik tentang Nasional Demokrat akan mendapatkan porsi yang jauh lebih besar daripada berita tentang partai-partai yang menjadi lawannya. Terlebih lagi ketika Surya Paloh tidak harus membayar untuk iklan kampanye dirinya sebagai presiden dan melalui media Indonesia serta media-media lain yang dimilikinya, Surya Paloh juga akan mudah mengatur pemberitaan yang baik tentang dirinya dan menyerang calon presiden lain sebagai lawan. Sekali lagi Surya Paloh memahami betul bahwa pers sangat memiliki kekuatan yang ajaib untuk bisa membesarkan dirinya dan atau partai politiknya.
Sebagai salah satu penduduk negeri ini yang mencoba untuk berpikir demokratis, saya menganggap apa yang dilakukan oleh Surya Paloh ini wajar-wajar saja. Selain karena dia memiliki dana, media dan kemampuan berpolitik, Surya Paloh juga memiliki hak-hak politik sebagaimana warga negara Indonesia lainnya. Saya berharap bahwa tujuan beliau memang benar-benar tulus untuk merestorasi bangsa ini dan jika memang jalan seperti ini yang harus ditempuhnya, saya akan memberikan apresiasi tinggi sepanjang apa yang dicitrakannya melalui cara ini akan benar-benar sesuai dengan kenyataan dalam merestorasi Indonesia (apa bila rakyat memang memilihnya sebagai presiden).
            Namun yang menjadi kekhawatiran adalah jika tujuan Surya Paloh sebagai presiden nantinya tidak benar-benar tulus untuk merestorasi Indonesia. Apakah Media Indonesia nantinya akan semata-mata digerakkan sebagai alat pembangun citra pemerintahan apabila memang benar kelak Surya Paloh akan memimpin negara ini? Melihat apa yang terjadi pada Media Indonesia saat ini, sangat mungkin kekhawatiran saya tersebut terjadi nantinya. Saya berpikir bahwa jika Surya Paloh terpilih sebagai presiden, Media Indonesia akan lebih digunakan sebagai media dalam membangun citranya. Media cetak harian ini akan sedikit sekali menayangkan berita-berita tentang kegagalan Surya Paloh dalam merestorasi Indonesia (apabila restorasi ini tidak terlaksana). Justru keberhasilan-keberhasilan yang tidak signifikan justru akan diperbesar untuk mendongkrak citra pemerintah. Dan yang sudah pasti, Media Indonesia akan lebih sering lagi mengekspos kekurangan pihak-pihak yang menjadi oposisi.
            Secara umum ini akan membahayakan bangsa. Sebab rakyat akan bingung. Di satu sisi media memberitakan keberhasilan pemerintah dan di sisi yang lain (jika memang terjadi) rakyat merasakan kenyataan yang tidak sesuai dengan yang sering diberitakan. Seperti yang sering terjadi sekarang, rakyat tidak tahu siapa yang bertanggung jawab dalam berbagai kasus karena kejahatan seseorang terkadang tergantung dari bagaimana pers memberitakannya. Apa yang didengungkan oleh Media Indonesia tentang citranya saat ini sebagai media cetak pengawal reformasi dan demokrasi akan sangat berkesan berkonflik dengan kepentingan pemiliknya ketika Surya Paloh terpilih nantinya sebagai presiden. Pemberitaannya akan memiliki nilai bias dan justru akan mengaburkan tujuan reformasi dan makna demokrasi itu sendiri. Jika Media Indonesia dan media lainnya sebagai media-media terbesar di Indonesia sudah menjadi alat pemerintah untuk mencitrakan pemerintahannya, apalagi yang bisa dipercaya oleh khalayak sebagai sarana untuk mengawasi dan mengontrol pemerintah? Mungkin khalayak akan kembali pada Orde Baru yang selalu menikmati suguhan statistik-statistik palsu tentang keberhasilan pemerintah.
            Sebagai warga negara, saya mencoba memberikan sudut pandang ini kepada Media Group, khususnya Media Indonesia agar kembali menjaga netralitasnya sebagai media yang menggunakan ruang publik di Negara ini. Saya juga mengusulkan agar Surya Paloh atau siapapun pemilik media lainnya untuk melepaskan saham dan statusnya sebagai pemilik atau pengelola media terlebih dahulu sebelum mencalonkan diri sebagai presiden. Semua ini hanyalah untuk tetap menjaga netralitas pers sebagai salah satu kekuatan terbesar dalam mendewasakan demokrasi di tanah air ini.
Kesimpulan:                   
            Maka berdasarkan beberapa analisis yang diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan analisis framing, maka dapat saya simpulkan mengapa pada edisi tanggal 20 April 2011 Media Indonesia lebih banyak mengusung berita politik dalam terbitanya bahkan dengan pemberitaan tentang presiden RI dengan penggunaan gaya bahasa yang kurang enak dibaca dan terkesan berkonotasi negatif atau dikemas dengan bahasa yang kurang halus? Hal ini tidak lain semata-mata bahwa pemimpin media Indonesia yang bernama Surya Paloh ingin memberikan citra yang kurang baik tentang pemerintahan dan oknum-oknum yang dianggapnya sebagai rival dalam pencapaian rencana jangka panjangnya untuk bisa menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia atau yang lebih dikenal dalam bahasa awamnya adalah pemimpin negara atau Presiden di Negara Republik Indonesia ini.
            Dan pada edisi tanggal 20 April 2011 seolah menjadi kesempatan bagi Surya Paloh untuk melicinkan kepentinganya tersebut. Karena segala realita politik pada saat ini memang dalam guncangan yang cukup rumit terkait dengan polemik-polemik yang terdapat dinegara yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan oleh masyarakat atau khalayak umum dan Krisis media terhadap polemik politik PSSI yang tak kunjung usai permasalahanya. Media Indonesia memberikan tanda terhadap pembacanya dengan penggunaan gaya bahasa yang kurang halus terhadap pemberitaan politik dan negara namun penggunaan gaya bahasa yang halus terhadap pemberitaan tentang Surya Paloh dan sepertinya sebagian tanda tersebut sudah berhasil disampaikan karena saat ini khalayak mulai merasakan kebimbangan terhadap pemerintahan Indonesia dan kepemimpinan Susilo bambang Yudhoyono. Dan tanda tersebut yang dalam teori Semiotik merupakan jenis tanda atau semiotik pragmatik, karena meskipun khalayak mampu menangkap secara bulat-bulat dan tanpa pertimbangan atau analisa terlebih dahulu, namun itu hanya sebagian saja. Dan dari sebagian khalayak yang lain kadangkala masih melalui tahap analisis sehingga meskipun media Indonesia mengatakan “A”, mereka tidak semata-mata menerima dan berpresepsi “A” pula.

DAFTAR PUSTAKA

·         Koran Media Indonesia (Edisi tanggal 20 April 2011)
·         http://www.media-indonesia.com/html, Akses hari rabu, tanggal 20 april 2011, pukul 17.15-17.30
·         http://news.okezone.com/read/2011/04/06/339/442934/surya-paloh-dulu-saya-dukung-sby-sekarang-tidak, Akses hari rabu, tanggal 20 april 2011, pukul 18.30-20.15
·         http://sulfikar.com/teori-jarum-suntik.html, Akses hari rabu, tanggal 20 april 2011, pukul 20.15-21.00
·         http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/teori-semiotik.html, Akses hari kamis, tanggal 21 april 2011, pukul 07.30-08.20


Tidak ada komentar:

Posting Komentar