UPAYA MENCEGAH KANKER LEHER
RAHIM
Kanker adalah
peyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker
sering dikenal masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah
kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal yang bukan
radang. Penyakit kanker telah dikenal di kalangan orang-orang Mesir dan Yunani
Kuno sejak dulu. Menurut American Cancer Society, kematian yang disebabkan oleh
kanker pada atahun 1989, hampir mencapai angka 500 ribu. Angka itu, 2 persen
dari keseluruhan kematian. Jumlah ini merupakan urutan kedua setelah kematian
yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. (. Gizinet.com) Upaya
untuk mencegah kanker ada dua hal utama pencegahan kanker yaitu tindakan fisik
dan mental/kejiwaan. Sehingga tidak merusak atau semua menjadi terlambat Di
Indonesia kematian akibat kanker menempati urutan kedua, setelah kematian
akibat infeksi. Namun timbul praduga, apabila berbagai infeksi telah dapat
diatasi dan penduduk yang mencapai usia lanjut makin banyak jumlahnya,
diperkirakan jumlah penderita kanker akan menempati urutan tertinggi. Terutama
pada jenis kanker leher rahim, yang diderita pada wanita, yang kemungkinan
kecil bisa diobati.WHO menyatakan bahwa sepertiga sampai setengah dari semua
jenis kanker dapat dicegah, sepertiga dapat disembuhakan bila ditemukan pada
tahap permulaam atau stadium dini. Sisanya dapat diringankan penderitaannya.
Oleh karena itu, upaya mencegah kanker dapat menemukan kanker pada stadium dini
merupakan upaya yang penting karena disamping membebaskan masyarakat dari
penderitaan kanker juga menekan biaya pengobatan kanker yang mahal(.
Gizinet.com). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun jumlah
penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun mendatang
diperkirakan 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker. Dua
pertiga dari penderita kanker di dunia akan berada di dunia dunia yang sedang
berkembang. Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terdapat 100 penderita
kanker yang baru dari setiap 100.000 penduduk. Menurut hasil Survay Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI, kematian yang disebabkan kanker
meningkat dari tahn ke tahun ialah: 4,5%0 (1989), 4,5%0 (1992), dan 4,9%0
(1995). (. Gizinet.com)
Kondisi
psikologis adalah keajaiban yang perlu kita pelajari, pahami dan kita miliki dalam
kehidupan sehari-hari, mampu memperkaya kehidupan kita jadi lebih indah.
Kondisi psikologis merupakan penggerak hidup kita untuk berbuat menjadi lebih
baik atau lebih buruk tergantung pada kemampuan dalam mengendalikan kondisi
psikologis. Menghadapi kematian merupakan suatu hal yang sangat sulit, apalagi
jika menjelang saat kematian itu seseorang belum dapat menerima kenyataan
tersebut dengan lapang hati. Ketika seseorang mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya, dan saat itu juga seseorang akan berfikir tentang penyakit yang di
deritanya itu. Bahwa kematian merupakan diterjemahkan sebagai masa transisi
dimana hidup seseorang tersebut sudah tidak lama lagi atau “death define is
the process of making transition from being alive to being a death”. (webmaster@kafemuslimah.com). Secara umum manusia
ingin hidup panjang dengan berbagai upaya yang dilakukan, proses hidup yang
dialami manusia yang cukup panjang ini telah menghasilkan kesadaran pada diri
setiap manusia akan datangnya kematian sebagai tahap terakhir kehidupannya di
dunia ini. Namun demikian, meski telah muncul kesadaran tentang kepastian
datangnya kematian ini, persepsi tentang kematian dapat berbeda pada setiap
orang atau kelompok orang. Bagi seseorang atau sekelompok orang, kematian
merupakan sesuatu yang sangat mengerikan atau menakutkan, walaupun dalam
kenyataannya dari beberapa kasus terjadi juga individu-individu yang takut pada
kehidupan (melakukan bunuh diri) yang dalam pandangan agama maupun
kemasyarakatan sangat dikutuk ataupun diharamkan (Lalenoh, 1993 : 1).
Menghadapi
kematian merupakan suatu hal yang sangat sulit, apalagi jika menjelang kematian
itu seseorang belum dapat menerima kenyataan tersebut dengan lapang hati
sehingga banyak menimbulkan berbagai reaksi psikologis. Penyakit kronis yang
telah akut seringkali juga menimbulkan reaksi psikologis, misal kanker leher
rahim, diabetes dan sebagainya Salah satu penyakit yang sering menimbulkan rasa
was-was bagi kaum hawa adalah kanker serviks atau kanker leher rahim. Jenis
kanker inilah yang terbanyak diderita perempuan di Indonesia. Tragisnya angka
kematian pernderita kanker leher rahim di Indonesia cukup tinggi. Pasalnya,
sebagian besar penderita kanker leher rahim di Indonesia baru datang berobat
setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut ini, maka akan sulit
mencapai hasil pengobatan yang optimal . (Setyawan, 2004). Kanker leher rahim
merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita yang menjadi penyebab lebih
dari 250.000 kematian pada 2005. Kurang lebih 80 % kematian tersebut terjadi di
negara berkembang. Tanpa penatalaksanaan yang adekuat, diperkirakan kematian
akibat kanker leher rahim akan meningkat 25 % dalam 10 tahun mendatang. Menurut
para ahli jiwa, jika seseorang tidak mampu mengungkapkan perasaannya lewat
jalur yang benar. Contohnya, bila kita sedih kita bisa meluapkannya dengan
menangis. Tapi, bila seseorang menahan kesedihan sedalam-dalamnya, kesedihan
itu mencari dalam jalan untuk keluar, yaitu lewat organ terlemah.
Wanita yang
divonis kanker leher rahim akan memiliki dampak fisik, psikologis serta dampak
sosial. Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan disekitarnya,
penderita tidak merasakan adanya keluhan ataupun gejala biasanya penyakitnya
sudah kronis baru diketahui oleh si penderita Penyebab yang diduga kuat dapat
menimbulkan kanker leher rahim (serviks) adalah sperma yang mengandung
komplemen histon (sejenis protein) yang nantinya bereaksi dengan unsur DNA sel
leher rahim, air mani yang bersifat alkalis sehingga menimbulkan perubahan pada
sel rahim. Terdapatnya sejenis bakteri seperti Mycoplasma,Ehlamydla,
Virus Herpes Simpleks tipe 2, Virus Papiloma. Dimana gejala awal yang
sering terjadi dan dialami oleh penderita kanker rahim adalah terjadinya
keputihan, keputihan berbau busuk terkadang disertai darah. Pendarahan bercak,
setitik setelah bersetubuh, keluar cairan encer berbau busuk dan sipenderita
mengalami keluhan tidak khas didaerah perut bawah dan panggul (webmaster@kafemuslimah.com).
Lah satu
penyebab serviks adalah karena penyimpangan seksual dan ini merupakan faktor
resiko yang sangat tinggi berpengaruh pada terkenanya seseorang penyakin
serviks. Faktor lain yang dianggap merupakan faktor resiko adalah hubungan
seksual pertama kali paada usia muda, berganti-ganti pasangan. Penyakit serviks
ini sering melanda pada wanita terutama pada wanita berusia 20 hingga 30 tahun
(suarakarya.com). Disisi lain, penderita kanker leher rahim seringkali menghadapi
tekanan psikologis karena kanker leher rahim menimbulkan implikasi seperti rasa
sakit, ketergantungan pada orang lain, ketidakmampuan dan ketidakberdayaan,
hilangnya fungsi-fungsi tubuh, dan sebagainya. Penderita kanker leher rahim
mengalami rasa takut, cemas, shock, putus asa, marah, serta depresi. Perasaan
timbul pada diri penderita kanker leher rahim justu akan bedampak negatif. (www.majalah.farmacia.com/rubrik/one_news.asp?ID)
Kondisi
psikologis berpengaruh baik secara langung maupun tidak langsung fungsi fisik
dan mental suatu sikap. Hal ini dapat terjadi dalam keadaaan stess yang berat
tubuh akan mengeluarkan hormon-hormon kewaspadaan dalam jumlah besar,
diantaranya adalah hormon andrenalin. Keberadaan andrenalin dalam tubuh
menyebabkan tubuh dalam keadaan siaga penuh dengan tekanan darah meningkat,
jantung memompa darah lebih kuat, dan sel-sel tubuh dalam keadaan siaga serta
mengalami ketegangan. Yang dapat mempengaruhi kondisi fisik Keadaan seperti di
atas seringkali juga berpengaruh secara psikologis pada penderita serviks. Hal
tersebut diungkapkan oleh Dr. Edward menulis dalam bukunya stop worryng and
get well : bahwa penyakit sebetulnya disebabkan oleh pikiran-pikiran negatif
yang berasal dari diri sendiri, seperti kekhawatiran yang berlebihan, tekanan
batin karena kehilangan sesuatu dalam dirinya. (Hendranata, 2007:114). Dampak
psikologis yang dialaminya seperti fisik berupa rasa nyeri, kerontokan rambut
bahkan mungkin terjadi perubahan fisik sebagai efek pengobatan reaksi yang
muncul bisa merupakan reaksi psikologis terhadap diagnosis kanker yang harus
dihadapinya.
Seperti muncul
perasaan, takut, terancam, marah, sedih dan depresi. Pada awalnya penderita
kanker leher rahim, tidak mau menerima dirinya, merasa hidup itu tidak adil
karena orang lain bebas kemana-mana sedangkan dirinya hanya didalam rumah dan
mengasingkan diri dari siapapun juga dengan penyakit yang dideritanya, merasa
kesepian, marah dan ketakutan akan kematian. Dengan demikian tingkat kondisi
psikologis yang berlebihan akan berdampak kurang baik dalam tubuh, sehingga
timbullah gejala-gejala fisik dan psikis. Rasa cemas yang timbul akibat melihat
dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada
rasa takut, karena sumbernya jelas terlihat dalam fikiran. Daradjat (1985:27).
Sementara reaksi psikologis adalah reaksi yang biasanya ditandai oleh adanya
perasaan tegang, bingung, atau perasaan tidak menentu, terancam, tidak berdaya,
rendah diri, kurang percaya diri, tidak dapat memusatkan perhatian dan adanya
gerakan yang tidak terarah atau tidak pasti (Hurlock, 1996:316) Hal ini juga
dikuatkan oleh pernyataan Kusuma bahwa energi negatif berkepanjangan akan
merusak sehingga tubuh bioplasmatik kekurangan energi. Akibatnya badan lemah
dan berbagai keluhan timbul mulai dari flu bisa sampai kanker ganas.
(Hendranata, 2007:19)
Dalam keadaan
seperti ini seharusnya sipenderita serviks ini menguatkan mental atau selalu
memberikan dorongan yang kuta pada dirinya sendiri. Sebab ini merupakan suatu
proses mental untuk memperoleh suatu pemahaman terhadap sesuatu. Suatu proses
mental yang dengannya seseorang mampu menyadari (mengetahui) dan mempertahankan
hubungan dengan keliling-luarnya. Kemampuan kognitie berarti kemampuan
seseorang untuk memahami sesuatu yang terjadi dilingkungannya (baik lingkungan
dalam maupun luar). Termasuk dalam proses kognisi tersebut adalah sensasi,
persepsi, asosiasi, pertimbangan, pikiran, dan kesadaran. Sensasi ini merupakan
kesadaran akan adanya suatu rangsang, sensasi sama dengan pengindraan. Semua
rangsang masuk dalam diri melalui panca indra, yang kemudian diteruskan keotak
yang menjadi kita sadar akan adanya rangsang tersebut. Namun tidak semua
rangsang yang masuk dapat dipahami atau dimengerti. Rangsang yang sekedar masuk
dalam diri tetapi hanya menyadari tanpa mengeri atau memahami ransang tersebut.
sedangkan persepsi adalah kesadaran akan adanya suatu rangsang ditambah dengan
pengertian.
Karena adanya
interaksi atau asosiasi dengan rangsang yang lainya atau rangsang yang sudah
dipahami sebelumnya.Dalam pandangan psikologi naturalistik, persepsi selalu
didahului adanya impresi sensori /sensasi (ada sinyal benda) kemudian diterimah
oleh lapangan persepsi yang tak terhingga dan tak teraktualisasikan,
selanjutnya terjadi asosiasi dengan kesadaran untuk kemudian digabung dengan
impresi-impresi dan persepsi-persepsi terdahulu sehingga menghasilkan
pengenalan. Dalam pandangan ini obyek persepsi hanya dipersepsi sebagian, sebagian
dibayangkan. Apa yang dilihat disebut persepsi ‘hukum’, yang dibayangkan
disebut persepsi potensial. Yamg potensial ini kemudian dilihat menjadi
‘hukum’. Hal ini terjadi karena ada sekema antisipasi, yaitu bahwa manusia
hakekatnya tidak hanya peka terhadap apa yang di persepsi secara actual tetapi
yang juga sifatnya potensial, dan proses ini umumnya tidak disadari. Gejala
perasaan (emosi) atau afektif adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa
kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan
peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.Menurut Franken emosi merupakan hasil
interaksi antara factor subyekif (proses kognitif), factor lingkungan (hasil
belajar), dan factor biologi (proses hormonal). Dengan kata lain, emosi muncul
pada saat manusia berinteraksi dngan lingkungan dan merupakan hasil upaya untuk
berinteraksi dengan lingkungan dan merupakan hasil upaya untuk beradaptasi
dengan lingkungannya
Menurut miramis
(1980), afek atau emosi adalah nada perasaan menyenangkan atau tidak (seperti
kebanggaan, kekecewaan, kasih sayang) yang menyertai suatu pikiran dan biasanya
berlangsung lama serta kurang disertai dengan komponen-komponen fisiologis.
Sedangkan Emosi, manifestasikan afek keluar disertai oleh banyak komponen
fisiologik, berlangsungnya relative tidak lama (missal: kecemasan, ketakutan,
depresi, kegembiraan) Emosi adalah suatu keadaan perasaan yang telah melampaui
batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu
Sehingga contoh: ketakutan, kecemasan, depresi, dan kegembiraan.Emosi tampak
jelas dalam ekspresi wajah, seperti: marah, cemas, ketakutan, peasaan berdosa,
malu, kesedihan, cemburu, iri-hati, muak, kebahagiaan, bangga, lega, harapan,
cinta, dan haru. Dalam kehidupan manusia, emosi memegang peranan yang amat
penting. Tanpa emosi, fungsi mental seseorang tidak dapat dipertahankan dengan
memuaskan. Jadi emosi sama dengan jantung jiwa. Kalau jantungnya berhenti,
jasmani akan mati. Kalau emosi berhenti maka matilah jiwanya. Dengan dimilikinya
emosi manusia memiliki kekuatan yang mahahebat. Ia mampu mengaktifkan dan
memberi energi pada seluruh aktivitas manusia.
Oleh Imam Affandi,S.Psi, MM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar