TUGAS
KELOMPOK
PERILAKU
KONSUMEN
JUDUL
“PENGARUH
KELOMPOK REFRENSI (OPINION LEADER DAN
KELUARGA) TERHADAPPERILAKU KONSUMEN”
Disusun Oleh:
Ziya
Ibrizah (09.05.311.00054)
Ika Supiana
Liku (09.05.311.000)
Ricoh
Permana (09.05.311.000)
Dedi
Dermawan (09.05.311.000)
PROGRAM STUDI ILMU
KOMUNIKASI (BISNIS)
FAKULTAS ILMU SOSIAL
DAN BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI TRUNOJOYO
2011
DAFTAR ISI
HALAMAN DAFTAR
ISI……………………….……………...........i
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ……………………………………...……...….1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………................1
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………..............1
BAB II KERANGKA TEORI
II.1. Kerangka Teori
…………………..………………………..................... 3
2.1.1 Teori Komunikasi massa ……………..….…………………….… 3
2.1.1.1 Social Relationship Theory
(DeFleur)…………..…… 3
BAB III PEMBAHASAN
Pembahasan
…………………………..…………………………………….. 4
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
…………………………..…………………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………....ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Masalah
Pada satu titik dalam proses
pembelian, konsumen harus berhenti mencari dan berhenti melakukan evaluasi
untuk membuat keputusan pembelian. Sebagai hasil dari kegiatan evaluasi
alternative, konsumen mulai mengarah pada niat atau keinginan untuk membeli
dengan kecenderungan untuk membeli suatu merek tertentu. Keinginan membeli
secara umum didasarkan pada upaya mencocokkan motif pembelian dengan atribut
atau karakteristik merek yang tengah dipertimbangkan dengan melibatkan aspek
psikologis, seperti motivasi, persepsi, sikap dan integrasi. Namun seorang konsumen
tidak akan membuat keputusan pembelian pada suatu lingkungan yang terisolasi.
Konsumen berada di tengah masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat tempat
ia berada. Dalam hal ini, terdapat sejumlah factor eksternal yang diketahui
memberikan pengaruh pada proses pengambilan keputusan konsumen. Beberapa factor
eksternal yang di maksud diatas adalah: Budaya, Subbudaya, Kelas social,
Kelompok refrensi, dan Situasi penentu.
Budaya Merupakan factor yang paling
luas dan paling abstrak yang mempengaruhi pembelian konsumen, mengapa bisa
dikatakan demikian, karena budaya merupakan suatu kompleksitas dari makna, nilai,
norma, dan tradisi yang dipelajari dan dibagi oleh anggota suatu masyarakat.
Subbudaya. Masing-masing budaya
terdiri dari subbudaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak cirri-ciri
dan sosialisasi khusus bagi anggotanya. Subbudaya terdiri dari kelompok atau
segmen masyarakat yang lebih kecil yang memiliki kepercayaan, nilai-nilai,
norma, dan pola perilaku yang berbeda dengan kelompok atau segmen subbudaya
lainya dalam suatu kebudayaan yang lebih besar. Subbudaya dapat didasarkan atas
umur, ras, agama, etnik, dan wilayah geografis.
1.2. Rumusan
Masalah
1
Adakah pengaruh Opinion Leader terhadap
perilaku konsumen?
2
Adakah pengaruh Keluarga terhadap
perilaku konsumen?
1.3. Tujuan
Masalah
1
Untuk mengetahui adakah pengaruh Opinion
Leader terhadap perilaku konsumen.
2
Untuk mengetahui adakah pengaruh
Keluarga terhadap perilaku konsumen.
BAB II
KERANGKA TEORI
II.
1. Kerangka Teori
2.1.1.
Teori Komunikasi Massa
2.1.1.1. Social Relationship Theory (DeFleur)
Pesan
media disampaikan melalui perantara/tidak langsung (opinion leader). Pada
dasarnya pesan-pesan komunikasi massa lebih banyak diterima individu melalui
hubungan personal dibanding langsung dari media massa. Misalnya : proses
penyampaian pesan iklan X melalui seorang individu yang berusaha mengajak
teman-temannya untuk menggunakan Produk tersebut.
Informasi
melalui media massa tersebar melalui hubungan-hubungan sosial di dalam
masyarakat.
Teori
ini berhubungan dengan teori Two Step
Flow Communication.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada
dasarnya semua masyarakat memiliki strata social didalamnya. Strata social
tersebut terkadang berbentuk kasta sebagaimana masyarakat Hindu di mana
individu dibesarkan dengan peran tertentu dan mereka tidak dapat mengubah kasta
mereka. Namun strata social lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas social.
Kelas social adalah pembagian
masyarakat yang relative homogen dan permanen, yang tersusun secara hierarkis
dengan anggota yang menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang sama.
Kelas social tidak hanya diukur
berdasarkan penghasilan tetapi juga indicator lain, seperti pekerjaan,
pendidikan, dan tempat tinggal. Mereka yang berasal dari kelas social yang
berbeda akan memiliki cara berbusana yang berbeda termasuk juga cara berbicara
an preferensi rekreasi yang berbeda pula.
Kelas social memiliki beberapa ciri.
Pertama, orang-orang yang berada pada
kelas social yang sama cenderung bertingkah laku sama daripada ornag-orang dari
dua kelas social yang berbeda. Kedua,
mereka yang menjadi anggota suatu kelas social akan memilki perasaan inferior
atau superior di kelas social mereka masing-masing. Artinya orang yang berada
di kelas social yang lebih tinggi merasa diri mereka lebih baik (superior)
dibandingkan orang dari kelas yang lebih rendah. Ketiga, kelas social seseorang lebih ditandai oleh sekumpulan
variabel seperti: pekerjaan, penghasdilan, kesejahteraan, pendidikan, dan
pandangan terhadap suatu nilai. Keempat,
individu dapat pindah dari satu kelas social kekelas social lain ke atas dan ke
bawah sepanjang hidup mereka. Luasnya mobilitas itu tergantung pada tingkat
fleksibilitas stratifikasi social dalam suatu masyarakat.
Kelas social menunjukkan preferensi
produk dan merek yang berbeda dalam banyak hal, termasuk pakaian, perabot rumah
tangga, kegiatan dalam waktu luang, dan sebagainya. Beberapa pemasar memusatkan
usaha mereka pada satu kelas social. Kelas social berbeda dengan preferensi
media, konsumen kelas atas menyukai majalah dan buku sementara konsumen kelas
bawah menyukai televise. Bahkan dalam media seperti televsi, konsumen kelas
atas lebih menyukai program berita atau film, sedangkan konsumen kelas bawah
lebih menyukai sinetron atau infotainment.
Juga terdapat perbedaan bahasa diantara kelas social. Pengiklan harus menyusun
naskah dan dialog yang akrab dengan kelas social yang dituju.
Faktor
Sosial Atau kelompok Refrensi
Selain factor budaya, perilaku
seorang konsumen dipengaruhi pula oleh factor-faktor social atau kelompok
refrensi, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dalam status social.
1
Kelompok
Acuan
Kelompok
acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung
(tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku individu.
Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap individu dinamakan kelompok
keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan adalah kelompok primer, seperti
keluarga, teman, tetangga, rekan kerja yang berinteraksi dengan seseorang
secara terus menerus dan informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder
seperti kelompok keagamaan, professional dan asosiasi perdagangan, yang
cenderung lebih formal dengan interaksi yang tidak begitu rutin.
Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok
acuan mereka sekurang-kurangnya melalui tiga jalur. Kelompok acuan menghadapkan
seorang individu pada perilaku dan gaya hidup baru. Kelompok acuan juga
mempengaruhim perilaku dan konsep pribadi seseorang. Kelompok acuan menciptakan
tekanan kepada individu anggota kelompok untuk mengikuti kebiasaan kelompok
yang mempengaruhi pula pilihan produk dan merek individu bersangkutan.
Orang
juga dipengaruhi oleh kelompok di luar kelompok mereka. Kelompok yang ingin
dimasuki seseorang dinamakan kelompok aspirasional, sedangkan kelompok yang
nilai atau perilakunya di tolak seseorang dinamakan kelompok disosiatif.
Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok acuan pelanggan mereka. Namun
tingkat pengaruh kelompok acuan terhadap produk dan merek adalah berbeda-beda.
Kelompok acuan mempunyai pengaruh yang kuat atas pilihan produk tertentu,
seperti mobil, televise, furniture, pakaian,
bird an rokok.
Perusahaan manufaktur yang produk dan
mereknya sangat dipengaruhi oleh pengaruh kelompok harus menetukan cara
mejangkau dan mempengaruhi para pemimpin opini pada kelompok acuan.
2
Opinion
leader (Pemimpin opini)
Opinion
leader adalah orang yang langsung berhubungan dengan produk; ia memberikan
saran atau informasi tentang produk atau jenis produk tertentu, seperti: merek
apa yang terbaik atau bagaimana manfaat produk tertentu. Pemimpin opini
ditemukan di dalam semua strata masyarakat dan seseorang dapat menjadi pemimpin
opini dalam produk tertentu dan menjadi pengikut dalam produk lainnya. Pemasar
berusaha menjangkau pemimpin opini dengan mengidentifikasi cirri-ciri
demografis dan psikografis yang berkaitan dengan pemimpin opini, mengidentifikasi
media yang dibaca pemimpin opini, dan mengarahkan pesan iklan kepada pemimpin
opini.
Remaja di kota besar, misalnya Jakarta,
biasanya menjadi pemimpin opini dalam mode berpakaian. Cara mereka berbusana
selanjutnya menyebar kepada kaum muda utama di kota-kota lainya. Produsen
pakaian dapat memantau gaya dan perilaku pemimpin opini ini agar dapat menarik
pasar kaum muda yang berubah-ubah.
menurut pendapat Schiffman dan Kanuk
Opinion leader memiliki beberapa keefektifan dalam mempengaruhi proses
pembuatan keputusan konsumen antara lain karena :
·
Kredibilitas, opinion leader merupakan
sumber informasi yang memiliki kredibilitas tinggi karena bertujuan memberikan
informasi atau saran mengenai produk atau jasa tanpa mendapatkan kompensasi
apapun dari saran yang mereka berikan.
·
Informasi positif dan negatif tentang
suatu produk, seorang opinion leader tidak hanya memberikan informasi tentang
keuntungan suatu produk, seperti yang lazimnya dilakukan oleh pemasar, tetapi
juga tentang kekurangan produk tersebut.
·
Informasi dan saran, opinion leader
adalah sumber informasi dan saran. Opinion leader dapat berbicara mengenai
pengalaman mereka dengan suatu produk, sehubungan dengan apa yang mereka
ketahui tentang produk tersebut, atau yang lebih agresif, menganjurkan orang
lain untuk membeli atau menghindari produk tertentu.
·
Kategori yang spesifik, opinion leader
sering memiliki spesialisasi dalam kategori produk tertentu, yang mana mereka
memberikan informasi dan saran sehubungan dengan produk tersebut. Ketika
kategori produk lain dibahas, mereka cenderung akan berganti peran menjadi
penerima opini.
·
Two
way street, konsumen yang menjadi opinion leader dalam satu
situasi sehubungan dengan sebuah produk, dapat menjadi penerima opini dalam
situasi yang lain, meskipun untuk produk yang sama.
3
Keluarga
Keluarga
merupakan organisasi pembelian paling penting dalam masyarakat yang telah
menjadi objek penelitian yang luas. Bagi seorang individu, keluarga adalah
kelompok acuan primer paling berpengaruh. Dari orang tua, seseorang biasanya mendapatkan
orientasi mengenai agama, ambisi pribadi, harga diri, dan cinta. Bahkan jika
seseorang sudah tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya,
pengaruh keluarga terhadap perilakunya biasanya masih tetap signifikan.
Keterlibatan suami istri biasanya
berbeda-beda tergantung pada jenis produknya. Istri biasanya bertindak sebagai
agen pembelian utama keluarga, terutama untuk makanan, berbagai barang yang
kecil nilainya, dan pakaian sehari-hari. Dalam hal produk dan jasa yang mahal
seperti membeli rumah atau mobil, istri dan suami terlibat dalam pengambilan
keputusan. Pemasar perlu menentukan anggota mana yang biasanya memiliki
pengaruh yang lebih besar dalam memilih bermacam-macam produk. Seringkali, hal
itu merupakan masalah siapa yamg lebih berkuasa atau lebih ahli.
Dengan adanya kemajuan pesat wanita di
tempat kerja, khususnya dalam pekerjaan-pekerjaan non-tradisional, pola
pembelian rumah tangga tradisional perlahan-lahan berubah. Pergeseran nilai
social menyangkut pembagian kerja rumah tangga telah juga memperlemah konsepsi
baku seperti “ wanita membeli semua barang rmah tangga ” Riset terbaru
menunjukkan bahwa walaupun pola pembelian tradisional masih bertahan, suami
istri modern lebih berkeinginan untuk berbelanja secara patungan untuk
produk-produk yang secara tradisional dianggap berada di bawah control terpisah
dari pihak suami atau istri. Oleh karena itu, para pemasar barang kebutuhan
sehari-hari membuat kesalahan jika mereka berpikir bahwa wanita merupakan
pembeli utama atau satu-satunya produk mereka. Sama halnya pemasar
produk-produk yang secara tradisional dibeli oleh pria mungkin mulai berpikir
tentang wanita sebagai pembeli. Pergeseran pola pembelian yang lain adalah
kenaikan jumlah uang yang dikeluarkan dan pengaruh yang dimiliki oleh anak-anak
dan remaja. Sekarang ini merupakan era dimana anak-anak tidak hanya dilihat dan
didengar tetapi juga dilayani.
4
Peran
dan status
Seseorang
berpartisipasi ke dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya. Keluarga, klub,
organisasi, dan sebagainya. Kedudukan orang itu di masing-masing kelompok dapat
ditentukan berdasarkan peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang
diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan
status. Hakim Mahkamah Agung memiiki status yang lebih tinggi dari pada manajer
penjualan dan manajer penjualan memiliki status yang lebih tinggi daripada
pegawai kantor. Orang-orang memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran
dan status mereka di masyarakat. Oleh karena itu, direktur utama perusahaan
sering mengendarai Mercedes, memakai pakaian yang mahal, dan minum-minuman
beralkohol Chivas Regal. Pemasar menyadari potensi symbol status dari produk
dan merek.
BAB IV
PENUTUP
4. 1. Kesimpulan
1
Adakah pengaruh Opinion Leader terhadap
perilaku konsumen?
2
Adakah pengaruh Keluarga terhadap
perilaku konsumen?
1.
Perilaku
konsumen dapat dipengaruhi oleh seorang opinion leader karena opinion leader
merupakan leader pihak yang dapat secara langsung berhubungan dengan produk; ia
memberikan saran atau informasi tentang produk atau jenis produk tertentu,
seperti: merek apa yang terbaik atau bagaimana manfaat produk tertentu terhadap
konsumen atau pembeli, dan pengaruh opinion leader yang dapat secara langsung
berhubungan dengan konsumen sangatlah besar.
Seperti contoh:
Ketika dalam sebuah RT,
ada seorang ibu A yang fashion kerudungnya selalu up to date dan ibu A tersebut bisa selalu terlihat elegan dengan
busana dan Kerudung yang ia pakai, maka keika Ibu A tersebut memberi penjelasan
pada tetangganya yang diistilahkan sebagai ibu B tentang suatu produk tersebut,
kemungkinan besar bahwa ibu B dan ibu-ibu lain yang diberi informasi tentang
busana dan kerudung yang ia pakai akan ikut mencoba membeli produk busana dan
kerudung yang telah direkomendasikan oleh ibu A.
2.
Keluarga
merupakan pihak yang juga berpengaruh terhadap perilaku konsumen, karena
keluarga merupakan sebuah kelompok acuan primer.
Dari orang tua, seseorang biasanya mendapatkan orientasi
mengenai agama, ambisi pribadi, harga diri, dan cinta. Bahkan jika seseorang
sudah tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya, pengaruh
keluarga terhadap perilakunya biasanya masih tetap signifikan. Dan penagruh
inilah juga akan menjadi salah satu factor seorang individu atau konsumen
melakukan keputusan pembelian.
Seperti contoh:
Seorang anak
akan membeli suatu produk dengan mencontoh seperti apa yang dibeli oleh orang
tua. Apabila seorang ibu selalu menggunakan kapas kecantikan merek A, maka
seorang anak gadis pasti akan memakai pula kapas kecantikan merek A. Karena
seorang gadis apalagi pada usia belasan tahun atau menginjak pada usia belia,
maka dia tidak dapat memutuskan sendiri apa saja alat kosmetik yang harus ia
pakai, maka ia akan mengikuti apa saja yang disarankan oleh ibu.
DAFTAR PUSTAKA
·
Sumber
Buku:
Handaka, Tatag. 2009. Buku Ajar Teori Komunikasi. Bangkalan:
Univeristas Trunojoyo.
Morissan.
2010. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana Prenada
Group.
Sumarwan,
Ujang, Dr. Ir, MSc. (2003). Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran.
Edisi Pertama. Indonesia: Ghalia.
·
Sumber
Internet:
Lofton. 2008. “Kuliah Dagdigdug”. [Online]. http://kuliah.dagdigdug.com/2008/04/22/iklan.
Diakses Kamis,
01-12-2011, Pukul 18.30 19.00 WIB.
Schiffman dan Kanuk. 2010. “Keputusan pembelian
Konsumen”. [Online].http://Keputusan Pembelian html. Diakses Kamis, 01-12-2011, Pukul
18.15-18.30 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar