TUGAS
PENGANTAR KOMUNIKASI BISNIS
“ KELOMPOK 5 ”
MANAGEMEN BRAND
Disusun Oleh :
LAILATUL MAULIDAH
09.05.3.1.1.00062
ZIYA IBRIZAH 09.05.3.1.1.00054
IDA IKOWATI 09.05.3.1.1.00049
FAJRIN MAULIDINA P. 09.05.3.1.1.00048
GADA RAHMATULLOH 09.05.3.1.1.00051
IPIN RAHMADI 09.05.3.1.1.00050
ACH. HAFIL 09.05.3.1.1.00052
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO
2010 / 2011
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………...…i
Daftar
Isi………………………………………………………………………………….....ii
BAB I
Pendahuluan………………………………………………………………………..1
A. Latar
Belakang………………………………………………………………….….1
B. Rumusan masalah…………………………………………................................…1
C.
Tujuan......................................................................................................................1
BAB II Isi..................…………………………………………………….......................................2
A. Pengertian Brand…………………………………...............................……......2
B. Pengertian manajemen Brand..............................................................................4
C. Manajemen Brand...............................................................................................6
D. Manfaat manajemen Brand...............................................................................15
Studi Kasus……..............................................................................................................17
BAB III
Penutup……………………………………………………………...................20
Kesimpulan……………………………………………………............................20
Saran…………………………………………………………………….…………20
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………........................................iii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan
syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga makalah
ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang
telah kami pakai sebagai data dan fakta pada makalah ini.
kami mengakui bahwa kami adalah manusia
yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal
yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini
yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat dideskripsikan dengan
sempurna.Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang dimiliki.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan
dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis ini di masa datang. Sehingga semoga
makalah berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang
lebih baik.
Dalam makalah inilah akan dijelaskan
mengenai Manajemen Brand dalam pemasaran dan penjualan sebuah produk barang
atau jasa. Melalui makalah ini pulalah diharapkan kita dapat memahami berbagai
pembahasan dan kontinuitas sebuah bisnis dan pemasaran individu juga media dari
sudut pandang komunikasi pemasaran sebab pada dasarnya komunikasi pemasaran
adalah episentrum bagi manusia untuk bertindak dan bersuara dalam bidang bisnis
dan pemasaran itu sendiri.
Bangkalan, Desember, 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Brand dapat disebut
sebagai pelabelan, brand memiliki kekuatan untuk membantu penjualan. Istilah
brand muncul ketika persaingan produk semakin tajam, sehingga menyebabkan
perlunya penguatan peran label untuk mengelompokkan produk-produk dan jasa yang
dimilikinya dalam satu kesatuan yang dapat membedakan group produk dengan
produk milik pesaing lainnya. Brand tidak hanya dapat memunculkan sebuah
kepercayaan konsumen terhadap produk atau jasa tertentu namun dapat pula
memberikan kepuasan yang lebih baik dan jaminan. Selain itu, karena adanya
suatu brand, maka perusahaan besar sangat terbantu untuk dapat menguasai pasar,
konsumen justru lebih hafal nama brand dari pada merek barang itu sendiri. Merek (brand) telah
menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan setiap organisasi
pemasaran, baik perusahaan bisnis maupun nirlaba, pemanufaktur maupun penyedia
jasa, dan organisasi lokal maupun global. Kendati riset merek selama ini masih
didominasi sektor consumer markets, terutama dalam kaitannya dengan produk
fisik berupa barang.
B.
Rumusan Masalah
a. Apa yang
dimaksud dengan Brand?
b. Apa yang
dimaksud dengan Managemen Brand?
c. Apa sajakah yang
termasuk dalam Managemen Brand?
d. Apa manfaat
menggunakan Managemen
Brand?
C.
Tujuan
a.
Untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan Brand
b.
Untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan Managemen
Brand
c.
Agar kita dapat
mengetahui tentang apa saja yang termasuk dalam Managemen
Brand
d.
Agar kita dapat
mengetahui manfaat dari Managemen
Brand
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Brand
Brand
dapat disebut “ pelabelan”. Brand dapat membantu penjualan. Brand
berkaitan dengan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk atau layanan, yang
diyakini tidak saja dapat memenuhi kebutuhan mereka, tetapi dengan memberikan
kepuasan yang lebih baik dan terjamin. Istilah brand muncul ketika
persaingan produk semakin tajam dan menyebabkan perlunya penguatan peran label
untuk mengelompokkan produk dan layanan yang dimiliki dalam satu kesatuan guna
membedakan produk itu dengan produk pesaing.
Salah satu upaya
perusahaan untuk melakukan penetrasi pasar dan memperkuat produk dan layanan
adalah melakukan branding. Istilah ini cukup popular di kalangan
pemasaran karena memberikan efek besar terhadap peningkatan penjualan. Bahkan
demi mempertahankan pangsa pasarnya beberapa perusahaan rela menggelontorkan
dana yang tidak sedikit hanya demi menanamkan brand yang kuat di mata
masyarakat. Karena memiliki kaitan yang sangat erat dengan aspek finansial maka
kemudian istilah merek ini disebut dengan brand equity yaitu Net
Present Value (NPV) dari aliran kas masa datang yang dihasilkan oleh suatu
merek. Dengan kata lain, brand equity dihitung berdasarkan nilai
inkremental di atas nilai yang diperoleh produk atau layanan tanpa merek (unbranded
product). Dalam ilmu akuntansi keuangan merek merupakan aktiva tak
berwujud, merek dibangun oleh banyak faktor dan dikomunikasikan melalui iklan
dan promosi. Shimp (1997) dalam bukunya Advertising, Promotion, and
Supplemental Aspects of Integrated Marketing Communications mengatakan
bahwa komunikasi pemasaran (iklan dan promosi) merupakan faktor yang sangat
penting untuk membangun merek yang positif. Biaya iklan dan promosi adalah proxy
dari merek tersebut. Itulah yang menyebabkan perusahaan rela mengeluarkan
anggaran untuk iklan dan promosi yang jumlahnya sangat besar hanya untuk
mempertahankan merek yang positif.
Ekuitas merek ini didapat dari posisi
pasar strategik merek bersangkutan dan consumer trust terhadap merek
tersebut. Trust ini yang kemudian menciptakan jalinan relasi antara
merek dan pelanggan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi risiko pembelian
dan mendorong terciptanya preferensi merek, loyalitas merek, dan kesediaan
untuk mempertimbangkan produk baru yang ditawarkan perusahaan dengan nama merek
yang sama di kemudian hari.
Pada suatu kesempatan sharing session
dengan Vice President Telkomsel Area 2 Jabotabek Jabar – Bpk. Irwin Sakti –
Beliau mengatakan bahwa Brand memiliki peran penting dalam menjalankan
bisnis telekomunikasi nirkabel ini. Ada banyak warna (brand) yang
ditawarkan oleh para pemain dalam bisnis ini, ada merah, kuning, biru, hitam,
dan warna warni pendatang baru. Tanpa pengaruh brand yang kuat maka
pelanggan yang hendak menggunakan layanan Telkomsel akan mudah terpengaruh oleh
brand dari pemain lain. Maka dari itu disinilah peran para pemasar
untuk menjaga agar warna merah tetap menjadi warna pertama yang dipikirkan
pelanggan. Pernyatan beliau ini merupakan penegasan nyata bahwa dengan brand
yang mengakar kuat maka bisnis ini bisa tumbuh besar sampai saat ini.
Perusahaan melakukan upaya penetrasi
pasar dan reinforce product atau jasa
dengan menggunakan strategi branding, yaitu sebuah istilah yang sudah cukup
popular dikalangan marketing, karena branding inilah yang memberkan efek besar
terhadap peningkatan penjualan. Sedangkan yang dimaksud dengan upaya branding
disini adalah sebuah usaha untu memperkuat posisi produk dalam benak konsumen
dilakukan dengan cara menambah equity
dari nama ekumpulan produk. Seperti contoh yang sangat kongkrit dapat dijumpai
dikalangan masyarakat, khususnya Indonesia.Terdapat merk alat elektronik pada
sebuah label yang melekat di bermacam-macam perlengkapan elektronik, mulai dari
Televsi, Monitor, Tape, VCD- DVD, bahkan handphone. Merk tersebut memiliki nilai
kepercayaan yang tinggi dalam pasar sebagai bukti atas pengalama konsumen
sepanjang pemasaran produk ini, khususnya dikawasan Asia dan Indonesia, merk
tersebut masih menjadi sebuah brand yang cukup popular.Demikian pula bahwa
pasar telah menguji kemampuan produk merk elektronik tersebut bertahan dan
berada diposisi teratas, seperti halnya produk mobil yang terkenal di pasaran
Eropa dan Amerika.
Beberapa brand besar lainya, masih belum
begitu kuat di indonesia. Mengapa? Karena brand tersebut belum teruji oleh
pasar di Indonesia, seperti halnya produk-produk Amerika dan Eropa yang tidak
begitu popular karena faktor harga tidak mampu dijangkau oleh kemampuan daya
beli pasar Indonesia, sedangkan Jepang
sendiri menjual produk dengan karakter yang sama walaupun tidak terbaik
seperti buatan Eropa, namun karena harganya mampu dijangkau dengan tingkat
pendapatan konsumen Indonesia menyebabkan keberadaan produk Jepang sulit
disaingi oleh produk-produk dari Eropa.
Kami menekankan bahwa brand yang berhasil adalah brand yang mempunyai
sejarah penting terhap penguasaan informasi khususnya tentang kelebihan produk
bermerek dengan pengalaman positif yang
dirasakan oleh pelanggan terhadap produk tersebut.
Pemasaran tidak lengkap jika dilakukan hanya lewat manajemen produk dan
manajemen pelanggan. Kita perlu juga melengkapi diri dengan pengelolaan brand
sebagai jembatan bagi keduanya. Kenapa jembatan?Karena
manajemen brand yang solid akan mampu menstimulasi dan mengakselerasi
bertemunya percepatan perkembangan teknologi dan percepatan perkembangan
kebutuhan pelanggan. Manajemen brand akan memungkinkan produk atau
teknologi menemukan potensi maksimalnya di pasar.
Prosesor Intel menemukan critical mass-nya di
pasar setelah meluncurkan kampanye branding Intel Inside. Apple Mac
mencapai sukses puncaknya setelah produk ini membangun identitas mereknya
sebagai produk yang penuh dengan gaya, di samping tentunya community-friendly.
Begitu pula dengan VW Beetle yang mencapai sukses luar biasa ketika mengajak
para konsumennya untuk “ Think Small.”
Produk adalah barang mati. Ia akan hidup setelah
diberi “nyawa.” Nyawa itu adalah brand. Proses penerimaan pasar akan
semakin cepat jika produk yang kita ciptakan hidup, memiliki identitas,
memiliki karakter: ketika produk kita memiliki brand yang kokoh.
Keputusan menetapkan brand, posisinya secara strategis dalam
pengembangan produk baru. Brand memberi nyawa bagi semua produk. Namun,
nama dan nyawa tidak akan membentuk ekuitas brand yang kuat jika tidak
didukung komitmen dalam perilaku dan konsistensi dalam aktivasi merek dan
visualisasi merek. Dari pernyataan diatas maka dapat dismpulkan bahwasanya
manajemen brand merupakan sebuah usaha dalam memanaje segala sesuatu yang
berhubungan dengan produk barang atau jasa yang kita produksi agar menjadi
sesuatu yang dapat dikenal dan selalu
hidup dalam benak setiap masyarakat.
Di dalam era Legacy, manajemen brand difokuskan
pada peningkatan ekuitas merek. Ekuitas merek adalah asset intangible yang
dimiliki oleh sebuah merek karena value yang diberikannya baik kepada si
produsen maupun si pelanggan. Kalau pemasar melakukan program pemasaran mulai
dari promosi di koran atau TV, membenahi distribusi, atau memperbaiki layanan,
maka sesungguhnya ia sedang berupaya untuk meningkatkan ekuitas mereknya.
Semakin tinggi ekuitas merek ini, maka akan semakin tinggi pula value yang
diberikan oleh merek tersebut, baik kepada si produsen maupun si pelanggan.
Karena ekuitas merek tergantung pada upaya membangun merek yang kita lakukan,
maka nilai ekuitas merek itu pun naik turun dari waktu ke waktu, tergantung
dari upaya yang kita lakukan.
Dengan menggunakan metode statistik tertentu, ekuitas
sebuah merek bisa diukur nilainya. Melalui pendekatan statistik ini, beberapa
unsur ekuitas merek bisa diukur, seperti brand value, brand strength, top of
mind, brand awareness, perceived quality, brand association, brand preference,
hingga brand loyalty. Itu tentunya di era Legacy.Era ketika pembangunan
merek adalah segalanya.Era ketika ekuitas merek adalah segalanya.Era ketika
pembangunan merek untuk meningkatkan ekuitas merek dilakukan secara vertikal.
Di era New Wave, brand memang masih penting.
Namun, jangan lupa, brand bisa naik turun dengan cepat. Orang bisa
terkenal dalam sehari di internet dan nyaris tidak kedengaran lagi di hari
kedua. Di era New Wave ini, yang lebih penting adalah karakter, bukan lagi brand-nya.
Karakter ini adalah isi sesungguhnya (the true self) dari kita,
sedangkan brand adalah the cover atau bungkus. Maka dari itu,
manajemen brand di era New Wave ini tentunya sudah tidak lagi bertumpu
hanya pada penguatan ekuitas merek semata karena yang terpenting adalah cara
membangun sebuah karakter yang dilakukan secara horizontal. (Waizly Darwin, Hermawan
Kartajaya) http://wordpress.com/
pemasaran-dan-penjualan//
Merek (brand)
telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah
organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis maupun nirlaba, pemanufaktur
maupun penyedia jasa, dan organisasi lokal maupun global. Riset brand
selama ini masih didominasi sektor consumer markets, terutama dalam
kaitannya dengan produk fisik seperti barang. Namun demikian literature merek
mulai berkembang pula untuk sektor pemasaran jasa, pemasaran bisnis dan
pemasaran online. Bidang kajiannyapun sangat beragam, mulai dari sejarah manajemen
merek, brand origin, brand pioneership dan brand name strategy
hingga brand equity, brand extension, brand loyalty, dan global
branding.
3.
Managemen Brand
Dalam
management Brand terdapat beberapa pembahasan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Riset Brand
Management
Publikasi Equity Research Danareksa yang dirilis pada bulan Januari
2008 mengatakan bahwa Perusahaan sektor telekomunikasi di Indonesia telah
memasuki era baru persaingan iklan dan promosi, setiap operator mengklaim
dirinya memiliki tarif paling murah.
Dibalik kampanye merek yang menggeliat itu ternyata aspek keuanganlah yang
sangat terpengaruh olehnya. Hal yang paling berpengaruh adalah pendapatan,
struktur tariff yang baru dan besarnya biaya iklan dan promosi atas tarif
tersebut adalah cara operator untuk menarik pelanggan baru dan juga pada saat
yang bersamaan mempertahankan pelanggan existing. Menurut Danareksa market leader seperti
Telkomsel lah yang diuntungkan karena kualitas dan coverage-nya telah
unggul terlebih dahulu.
Beberapa lembaga riset secara continue
juga melakukan suvey top brand, indikator penilaiannya bisanya
menggunakan alat ukur luas pengenalan masyarakat terhadap brand tersebut (mind
share&market share) dan loyalitas pelangan untuk tetap
menggunakan brand tersebut (commitment share). Hasil survey ini bagi
sebagian kalangan dianggap sebagai alat ukur yang tepat untuk menentukan positioning
suatu produk di pasaran. Dan bersyukur Telkomsel meraih predikat Outstanding
Achievement sebagai merek terbaik pada ajang penghargaan bergengsi Top
Brand Award 2008, Predikat tersebut diperoleh berkat keberhasilannya
mempertahankan simPATI dan kartu Halo sebagai kartu pilihan utama selama
sembilan tahun berturut-turut, dari tahun 2000 sampai 2008.
Beberapa survey top brand yang
dirilis lembaga lainnya terkadang juga membingungkan, karena pemenangnya justru
brand milik competitor yang lain. Terkadang pula kita meragukan kualitas
survey-surveyan itu karena kemungkinan terselip kepentingan para pemilik brand tersebut.
Namun meskipun begitu cara-cara survey seperti itu bagi sebagian besar kalangan
masih dianggap cara yang paling tepat mengukur ketenaran suatu produk di mata
masyarakat.
Beberapa hasil riset tersebut dan
kenyataan di lapangan merupakan wujud kerja keras management bersama seluruh
karyawan. Kedepan tantangan akan semakin besar, cobaan akan semakin banyak
menerpa, bisnis telekomunikasi maupun bisnis dalam sector apapaun akan beranjak
pada fase persaingan yang lebih sengit lagi. Tugas para pemasar harus siap
siaga dan terus mempertahankan agar warnanya tetap berkibar dan berjaya
b.
Brand dan mitos
kepuasan
Tidak semua merek-merek yang terkenal di luar negeri
mampu menguasai pasar Indonesia. Kadangakal brand dihubungkan dengan mitos, hal
ini dipengaruhi oleh budaya yang berkembang, khususnya di Indonesia, bahwa
setiap produk yang mempunyai lebel berbahasa asing dengna tulisan MADE IN..., selalu dianggap merek yang mampu memberikan
jaminan kepuasan dengan alasan produk diciptakan melalui sebuah proses yang
rumit dan hati-hati sehingga memberikan hasil yang lebih baik, lebih halus dan
lebih kuat. Wajar saja jika produk lokal saat ini keberadaanya sulit untuk
bersaing.
Adakalanya hotel-hotel chances di Indonesia lebih diminati,
walau konsumen harus membayar biaya yang cukup tinggi, hal ini disebabkan
oleh adanya kepercayaan bahwa manajemen
hotel yang tinggi dan profesional mampu memenuhi hasrat konsumen yang tiggi
yaitu Prestise dan hal ini selalu
dihubungkan dengan gaya hidup yang mewah (Luxuries).
Branding memakan biaya yang sangat tinggi dalam
jangka waktu yang lama.Proses-proses usaha Branding dihubungkan dengan
seberapa banyak konsumen menerima
informasi kekuatan yang dimiliki produk tersebut secara jelas berhasil karena
mareka banyak melakukan berbagai usaha kampanye produk .produk yang berkualitas
dihasilkan oleh kapasitas sumber daya manusia yang tinggi.Demikian
pula,branding dapat menjadi sebuah garansi bahwa produk-produk lain yang
ditawarkan memiliki kekuatan yang hampir sama yaitu mendekati tingkat
“kesempurnaan”walau kata sempurna tidak pernah tercapai dan tidak pernah dapat
dibuktikan.
c.
Definisi brand
“Brand
is a name, symbol, design or combination of them that indentifies the goods or
service of a company” (straub and attner)
Brand memiliki nilai kualitas sebuah barang atau
jasa yang diperoleh dari pengalaman penggunaan satu produk atau lebih dari dua
produk. Kualitas sebuah produk juga dapat dipengaruhi oleh Packaging, model atau
bentuk dan garansi pengunaan produk. Sebagai contoh: Rumah makan sunda, menetapkan kebijakan bahwa apabila tamu atau pelanggan mengeluhkan rasa
makan yang tidak enak atau tidak seperti biasanya dan setelah dites memang
diakui ada kesalahan dalam penggunaan bumbu dan sebagainya, maka pihak
menejemen akan memberikan ganti rugi kepada pelanggan tersebut dengan menambah
6 porsi makanan lainnya . sepertinya berlebihan memang, namun ini sebuah wujud
kepastian bahwa mereka sangat hati – hati dan peduli dengan pelanggan .
Straub dan
attner membedakan brand menjadi 3 kelompok brand , yaitu :
·
Nama ( a brand name ) ,
merupakan bentuk kata , huruf atau
gabungan keduanya digunakan untuk memberikan ciri khas . contoh : rumah makan
“..”..”.. elektronik dan sebagainya .
·
Tanda ( a brand mark )
, merupakan sebuah symbol atau desaign yang digunakan untuk memberikan cirri
dan membedakannya , contoh : MC pada perusahaan makanan siap saji , symbol
oprang berkuda pada kaos Ralphpolo , Perahu Layard an perbankan , dan buaya pada
merek pakaian .
·
Karakter ( a trade
character ) merupakan sebuah lambing yang menunjukkan kualitas manusia ,
contohnya Mr. ….. , MC ….. untuk produk MC …. Dan Mr … ?
d.
Klasifikasi
Brand
Pemberian lambang atau lebel ditunjukkan untuk
memudahkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian sebuah produk atau
penggunaan sebuah jasa. Sebuah label atau lambang tidak begitu saja menjadi
suatu merk yang popular karena mambutuhkan waktu yang cukup lama dan strategi
promosi yang unggul. Kemunculan sebuah brand berawal dari tingkatan brand ini
sendiri yang menunjukkan sebuah proses dari pengasahan pasar yang bertingkat ,
tingkatan ini ditentukan oleh sejauh mana brand ini popular dengan batasan –
batasan cakupan pasar yang dimilikinya. Tingkat pertama (local brand atau
nasional brand), merupakan awal
kemunculan brand yang pertama kali menguasai pasar dalam ruang lingkup local ,
ketika perusahaan mengambil langkah – langkah untuk memperluas pasar ( ekspansi
) dan mencakup atas penggunaan distribusi prodak secara nasional , maka brand
ini memasuki jenjang sebagai nasional brand. Cirri khas dari sebuah nasional
brand adalah :
§ Produk
tersebut tersebar atau terdistribusi diseluruh kota dan pelosok perdesaan dalam
sebuah Negara
§ Promosi
menggunakan media massa dengan jangkauan nasional.
§ Memiliki
pusat pelayanan servis bagi konsumen diseluruh kota
§ Brand
mudah dikenal dan diidentifikasikan oleh pelanggan secara cepat dal;am satu
jajaran produk yang sama atau ( pesaing )
§ Brand
memiliki sejarah positif menyangkut atas kualitas produk dan servis
Tingkat kedua,
regional brand atau domestic brand merupakan ciri produk
yang dapat mewakili keberadaan produk sebelumnya. Seperti halnya produk
kendaraan jepang yang memiliki
popularitas dikawasan asia.ekspansi pasar mobil-mobil jepang ke Negara eropa
tidak semudah yang mereka dapatkan seperti di asia. Mereka harus bersaing
sengit dengan produk-produk yang telah menjadi papan atas dalam market di
amerikan dan eropa seperti merk mobil luar yang terkenal. Kini jepang mulai terganggu
kekuatan pasarnya di asia dan harus mau berbagi dengan produk-produk buatan
dari china, korea, dan Taiwan yang kualitasnya hampir sama baiknya dengan
produk mereka,disini peran harga sangat penting dalam persaingan penjualan produk
tersebut.
Apakah ada hubungan antara brand popular dengan tipe budaya konsumen?jawabnya bisa benar,walau
hubungan ini tidak cukup signitificat.
Tetapi dalam kesempatan tertentu menunjukkan adanyahubungan yang erat diantara
keduanya, perlu ada riset independent mengenai
masalah ini untuk memperoleh jawaban yang pasti.
Ketiga,
The World Brand, Internasional Brand
menggambarkan brand yang menguasai
pasar dunia, dihubungkan dengan franchise
yang ada di seluruh dunia atau mereka memiliki jaringan pemasaran yang tersebar
di seluruh dunia. Siapa yang tidak mengenal coca cola, Marboro, Nike, Adidas,
Apple, Hewlletpacker (HP), Seraton hotel, IBM, Boing, Volvo, Marcedez atau
Philips? Ini adalah brand-brand yang menempatkan dirinya sebagai produk papan
atas dunia (Berdasarkan laporan ekonomi pada majalah bisnis
internasional).Bagaimana kita mengetahui sebuah brand merupakan brand
yang berada dalam papan atas atau sebagai internasiona brand? Anda dapat melihat laporan ekonomi tentang urutan produk ini
pada sebuah majalah bisnis internasional, disini anda akan melihat beberapa brand yang anda kenal dan sering anda
lihat di sekitar anda.
Walaupun produk-produk jepang sangat terkenal di
asia, namun sayangnya mereka masih belum mampu sejajar dengan produk-produk
dari eropa. Hal ini sangat dihubungkan dengan jaringan pemasaran yang kuat di
seluruh negara.Brand yang bersifat intenasional memang sangat diakui oleh
kepercayaan yang dimiliki (mitos) terhadap produk mereka.
Microshoft yang
mengembangkan produk PC (personal
computer) menempatkan strategi pada sistem pemasaran sehingga menempatkan
mereka pada posisi teratas dalam pasaran komputer dunia.Mereka membuka jaringan
pasar dan service diseluruh ibukota
dan kota-kota kecil di dunia, jaringan yang mereka buat merefleksikan kekuatan
bisnis mereka, setiap produk baru yang mereka buat selalu jadi bahan incaran
dari penggemar/pelanggan mereka diseluruh dunia.
Adakah hubungan antara internasional brand populer dengan sistem promosi yang mereka
lakukan? Jawabnya adalah benar. Sekuat apapun kualitas produk jika tidak di
dukung dengan kekuatan kampanye brand
secara internasional tidak pernah ada kesempatan mereka memposisikan produk
mereka dalam klasifikasi brand
internasional. Keseluruhan prestasi dari munculnya sebuah produk menjasdi produk
yang tergolong dalam internasional brand adalah
tergantung pada masalah distribusi, jaringan pasar, promosi dan advertising
yang mereka lakukan secara cepat dalam satu system yang saling berhubungan satu
sama lainnya.
e. Brand
campaign
Branding
adalah istilah lain dari sebuah aktivitas manajemen kampanye produk/jasa.
Kesuksesan yang diraih oleh usaha kampanye ini di dasarkan atas kemampuan tim
marketing dalam menentukan strategi promosi dan distribusi produk secara
simultan. Beberapa kesalahan yang dilakukan secara tergesa-gesa atau
kadang-kadang kurang tegas dan spontan.
Ketidak kompakan antara bagian
promosi dan bagian distribusi produk dalam marketing departement, dapat
menyebabkan kegagalan terhadap berbagai usaha kampanye yang mereka lakukan. Bagi
perusahaan yang ingin menempatkan produknya sebagai salah satu nasional brand harus memiliki
perencanaan yang matang. Demikian, distribusi menjadi patokan penting bagi tim
promosi dalam menentukan langkah strategis yang tepat. Terdapat jenjang atau
tahapan penting dalam promosi atau kampanye sebuah brand, yaitu:
Brand
Recognition Brand Prefence Brand Insistence Lovely Brand/Brand Satisty
Branding adalah istilah lain dari kegiatan
manajemen kampanye produk dan layanan. Kesuksesan yang diraih oleh kampanye ini
didasarkan pada kemampuan tim pemasaran dalam menentukan strategi promosi dan
distribusi produk secara simultan. Artinya proses branding merupakan hasil
kerjasama yang kompak antara semua bagian terkait, misalnya dalam industri
telekomunikasi ini antara team marketing dengan dealer management atau
dengan department support.
Dalam prakteknya kampanye branding yang
terjadi di Indonesia terjadi dengan begitu frontalnya dan menghabiskan dana dan
upaya-upaya extra. Setidaknya ada dua sektor yang menjadi lahan basah dalam
persaingan branding di Indonesia ini yaitu industri rokok dan industri
telekomunikasi. Dan ini juga terjadi di banyak negara lain seperti yang saya
lihat langsung di Malaysia dan Thailand. Karena besarnya dana yang
digelontorkan perusahaan-perusahaan itu maka tak jarang perusahaan membutuhkan capital
expenditure yang menempati porsi yang sangat besar dalam anggaran belanja
perusahaan, meskipun besarnya biaya untuk mempertahankan brand tersebut tidak
dapat diukur manfaatnya secara langsung pada masa biaya itu dikeluarkan,
manfaatnya bisa dirasakan tahun depan atau beberapa tahun yang akan datang.
Bila kita amati fenomena branding pada
industri telekomunikasi sekarang ini kita pun bahkan menggelengkan kepala
sendiri. Cara-cara beriklan baik di media cetak dan elektronik maupun di lokasi
umum bahkan sudah tidak mengedepankan etika bisnis yang sehat lagi hanya demi
mengejar tambahan net add dan revenue. Beberapa operator lupa
bahwa selain brand yang melekat dari produk yang ditawarkan mereka ada
satu lagi brand yang juga melekat erat dengan perusahaan yaitu brand
image perusahaan. Alhasil yang terjadi adalah image perusahaan di
mata masyarakat turun drastis karena produk atau layanan yang ditawarkannya
ternyata mengecewakan pelanggan.
Praktek nyata dapat kita lihat ditingkat
operasional, rekan-rekan sales dan pemasar atau bagian brand harus kerja ekstra
hanya untuk mempertahankan spanduk/layar toko/umbul-umbul atau media promosi
lainnya tetap terpasang ditempatnya keesokan harinya. Kenyataan di lapangan
membuktikan bahwa persaingan yang terjadi sudah seperti hukum rimba – siapa
yang kuat dia yang menang, hari ini dipasang, belum tentu besok masih ada, atau
bahkan sejam kemudianpun belum tentu ada, karena pesaing sudah mengendusnya
secara diam-diam. Itulah makanya brand management tidak bisa berjalan
dengan baik tanpa strategi yang tepat seperti yang dikatakan Keller KL
(2003) dalam bukunya Strategic Brand Management: Building, Measuring, And
Managing Brand Equity.
Beberapa operator bahkan sudah mengalihkan
arena branding mereka tidak sekedar di outlet atau jalan lintas lagi, tetapi
juga merambah pada tempat umum, tempat hiburan bahkan tempat privat seperti
sekolah dan rumah ibadah. Area yang masih sangat eksotis untuk digarap
sebenarnya masih banyak, contohnya yaitu komunitas pelanggan, seperti fans
club, komunitas hobbi, olah raga, arisan, dan lain-lain. Hal yang sederhana
namun sangat mempesona sebenarnya juga dapat kita lakukan seperti kekaguman
pada tulisan raksasa Telkomsel yang ada di Batam, namun kali ini kita juga bisa
membuatnya di Puncak – Bogor, Bukit Tinggi, Manado, atau Berastagi – Medan.
f.
Brand recognition
Pada tahapan ini, sebuah
brand memasuki tahapan pengenalan
produk baru menjadi produk yang familiar di mata publik, setiap saat brand muncul dengan tema sama dan
dilakukan berulang-ulang sehingga brand
mudah diingat oleh konsumen. Sebagai satu produk yang menarik untuk dicoba
disini produk menghadapi kemungkinan kegagalan apabila produk yang dipromosikan
tidak tersedia dalam pasar.
Beberapa investasi yang dibutuhkan
dan kemampuan produk dalam memenangkan pasar bersumber kepada kemampuan pemain
atau distributor lokal yang dipilih dapat memengaruhi kebijakan dari pimpinan
puncak sebuah perusahaan dalam intervensi terhadap kegiatan promosi lokal. Kami
masih melihat peranan rokok putih luar di indonesia sebagai suatu pertanyaan
ysng besar,apakah ini merupakan kesalahan dalam strategi marketing atau memang
mereka memiliki persiapan yang cukup matang untuk menentukan kapan mereka dapat
menguasai pasaran konsumen rokok di indonesia. Ada tapi kecil, mungkin ini yang
dapat kami tafsirkan dalam merespon aktivitas kampanye produk rokok putih luar
di indonesia.
Sebuah brand yang masuk dalam kerangka Brand
Recognition adalah brand yang
telah dikenal dan diketahui dari ciri khas dari produk itu sendiri. Berpromosi
tanpa produk dipasaran mungkin kurang pas dengan kultur market indonesia yang
mudah berubah-ubah.
g.
Brand preference
Sebuah brand dalam tahapan ini adalah dimana konsumen telah melewati
sejumlah pengalaman terhadap produk yang ia pilih dari berbagai pengalaman
produk yang ada disekitarnya. Produk yang dirasanya cukup memenuhi kebutuhan
yang menjadi preference dari berbagai
alternatif produk, konsumen cenderung melakukan uji coba terhadap produk lain
dan produk yang bersifat alternative, disini produk-produk baru memiliki
peluang untuk mendapat kesempatan memasuki pasar, pengalaman yang baik terhadap
sebuah produk baru membantu mereka untuk mencapai kepuasan dari alat pemuas
yang telah ada.
Disinilah mengapa setiap perubahan
selalau melakukan inovasi-inovasi baru terhadap produk, menambah kualitas
produk dan penampilan produk sebagai upaya menjaga mitra konsumen dan pelanggan
terhadap produk mereka dan agar para pelanggan tidak beralih ke produk lainnya.
Preference sebuah brand dalam benak
konsumen menjadi bagian yang terpenting. Para brand manajer ketika mereka
menemukan fakta ini dalam pasar melalui studi yang mereka lakukan, berusaha
mempertahankan keberadaan produk mereka di pasar dan meningkatkan promosi
produk dalam level yang tinggi. Mereka terus berupaya mengejar konsumen melalui
iklan-iklan merka ditelevisi, surat kabar, majalah dan radio karena mereka
tidak ingin konsumen merupakan produk mereka dan kembali kepada kebiasaan
semula.
h.
Brand Insistence
Pada tahapan ini Brand
Insistence terjadi ketika konsumen melakukan pengambilan keputusan secara
bulat mengkonsumsi produk untuk yang kesekian kali. Konsumen lebih banyak
mengenal kelebihan produk ini dibanding produk lainnya, dan merasa aman untuk
mengkonsumsikannya. Pengalaman mereka pada penggunaan produk lain dengan brand yang sama juga berakhir dengan
pengalaman yang menyenangkan sehingga muncul kekuatan keyakinan dalam diri
mereka untuk selalu menggunakan dan mencoba produk lain dalam kelompok brand yang sama.
Kepuasan-kepuasan
yang mereka dapatkan dari penggunaan beberapa produk dalam satu brand yang sama menyebabkan tumbuhnya
kepercayaan konsumen kepada produsen sebagai perusahaan yang menghasilkan
produk berkualitas dan memiliki jaminan yang tinggi, sehingga mereka mulai
meninggalkan kebiasaan mengkonsumsi produk sebelumnya.
i.
Lovely Brand/Brand Satisfy
Tahapan
tertinggi dari Brand adalah Lovely
Brand atau Brand Satisfy, konsumen benar-benar merasa puas terhadap pengalaman
yang dialami berulang-ulang dari penggunaan satu atau beberapa produk dalam brand yang sama. Kebulatan tekad yang
telah mereka miliki pada tahapan Brand
Insistence teruji secara berkali-kali menyebabkan mereka yakin bahwa produk
dari sebuah brand memberikan mereka
kepercayaan yang kuat bahwa mereka selalu terpuaskan oleh produk-produk
tersebut.
Produk
yang telah menempatkan dirinya pada Lovely
Brand mendapat keuntungan yang sangat besar, karena mereka telah
menciptakan sales-sales baru yang jumlahnya jutaan. Konsumen akan memberikan
pendapat untuk penyelesaian masalah yang dihadapi oleh rekan mereka dan
memberikan saran penggunaan produk yang menurutnya paling baik.Konsumen ini
cukup banyak, anda cukup bertanya kepada setiap orang produk apa yang menurut
mereka paling disukai dan tiada bandingnya. Mereka akan menjawab satu merek
tertentu atau brand tertentu dengan
tegas dan bersemangat. Untuk mencapai hasil seperti ini memang membutuhkan
proses yang cukup lama, karena mereka banyak belajar terhadap produk-produk dan
memberikan perbandingan secara significant antara produk yang disukai dengan
produk-produk lainnya.
Keempat
tahapan Brand ini diraih dalam waktu
yang panjang, khususnya bagi brand yang
menunjukkan adanya keterkaitan antar produk yang satu dengan produk yang
lainnya. Produsen harus membuat produk dengan nilai yang hampir sama dengan
produk yang telah dibuat sebelumnya. Walaupun tiap produk yang diciptakan
memiliki variasi bentuk, jumlah dan ukuran namun nilai yang ingin dicapai oleh
produk-produk tersebut dapat menciptakan customer
delight.
Perlakuan
ini banyak diberikan oleh merk elektronik ternama, disemua jenis produk yang
ditawarkan kepada konsumen baik itu produk televisi, monitor, tape, DVD-VCD dan
handphone menunjukkan kualitas produk dan technologi yang tinggi. Brand sangat dipengaruhi oleh
inovasi-inovasi dalam penemuan teknologi baru atau cara-cara baru sehingga
hubungan brand dengan positioning company
selalu sejajar. Inilah bagian penting dari penetrasi pasar bahwa konsumen
memiliki sifat menerima sesuatu yang baru dan lebih baik.
4.
Manfaat
Manajemen Brand
Dengan melakukan Manajemen brand Perusahaan dapat
melakukan upaya penetrasi pasar dan reinforce
product atau jasa, karena Brand itu sendiri dapat membantu proses penjualan sebuah produk barang atau
jasa yang kita produksi. Selain itu, Brand sangat berkaitan erat
dengan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk barang atau jasa, yang diyakini
disini tidak saja dapat memenuhi kebutuhan mereka, tetapi dengan memberikan
kepuasan yang lebih baik dan terjamin.
Dengan melakukan proses manajemen
brand yang baik, produk kita mampu menjadi sebuah produk yang dikenal dan
melekat dihati masyarakat. Karena Brand
dapat disebut sebagai pelabelan, brand memiliki kekuatan untuk membantu
penjualan. Jika produk kita
mampu menembus pasar secara luas, maka produk kita akan selalu diingat dan
masyarakatpun akan tetap menggunakan produk kita.
Air
mineral dalam kemasan dapat dijadikan sebagai contoh, salah satu merek atau
produk yang dominan dalam pasar di Indonesia, dimana dalam kasus ini konsumen
seringkali menyebut air mineral dalam kemasan dengan satu merek yang sama
dikarenakan merek air mineral dalam kemasan tersebut yang lebih dulu keluar
dipasaran dan sudah sangat popular, padahal yang dibeli oleh konsumen tersebut
adalah air mineral dalam kemasan dengan merek yang berbeda.
STUDI
KASUS
Brand management ternyata
mempunyai aspek yang luas, mungkin lebih luas dari dugaan kita. Cerita
dari bagian General Affairs di kantor “ X” dapat menggambarkan salah satu
sudut pengelolaan merek, yang sering terluput dari perhatian kita. Bagian
pembelian kantor “ X” dahulu berlangganan
sebuah merek AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) “terkenal”, karena merasa
sangat yakin terhadap kualitasnya walaupun harganya lebih mahal daripada merek
lainnya. Benefit
yang diperoleh dianggap lebih tinggi dari pada pengorbanan
uang (monetary sacrifice), sehingga perceived valuenya tinggi dan
muncul keputusan untuk memilihnya. Selama berlangganan kualitas produknya tidak
pernah menimbulkan keluhan dan sesuai dengan harapan. Harapan yang terbentuk
oleh brand image – bahwa AMDK tersebut melalui proses pengelolaan yang
higienis dan terjaga kualitasnya – terpenuhi sehingga kepuasan terhadap produk
tinggi. Ingat, konsumen sebenarnya tidak melakukan pengujian kualitas dalam
arti yang sesungguhnya, tetapi lebih berdasarkan opini mereka, alias berdasarkan
perceived quality.
Namun tidak demikian
dengan kualitas layanannya. Para pengirimnya tampak ogah-ogahan karena
harus menaikkan ke kantor “ X” yang pada
waktu itu berada di lantai sebelas. Beberapa lama kemudian pasokan
dari mereka mulai mengalami keterlambatan, sehingga bagian general affairs
kelabakan dan harus membeli AMDK botol untuk mengatasinya. Kejadian ini
berlangsung beberapa kali, dan puncaknya terjadi ketika ada karyawan penagihan
perusahan itu ‘menilep’ beberapa galon, dengan menagih lebih dari
pembelian yang seharusnya. Tentu ini sangat mengecewakan, dan bagian GA pun
memutuskan pindah ke merek lain, sebuah merek yang ‘tidak terkenal’, dengan
harapan karena pelanggannya sedikit mereka dapat lebih care terhadap
pelanggan. Dan ternyata benar, perusahaan kecil yang mereknya tidak
terkenal ini dapat memberikan layanan yang lebih baik, dan tidak pernah
sekalipun terlambat.
Tetapi apa yang terjadi
beberapa tahun kemudian ? Ketika ruang meeting diberi dispenser agar
para peserta meeting langsung bisa menyeduh sendiri minumannya, merek
AMDK yang ‘tidak terkenal’ ini digusur karena kurang bergengsi, kurang
representif untuk ‘mejeng’ di depan tamu alias tidak memiliki brand
image yang layak. Bagian GA pun akhirnya kembali kepada merek ‘terkenal’
dengan harapan layanannya sudah membaik, apalagi menurut informasi telah
terjadi pembenahan manajemen. (http://Kompas.com//)
Analisis Studi kasus:
Dari cerita dalam studi
kasus di atas kami dapat menarik dua hal, yaitu merek terkenal –
tapi layanannya kurang bagus – dan kedua merek “tidak terkenal”
yang layanannya bagus, tapi kurang memiliki brand awareness..
Sebagai pemilik merek
“terkenal“ yang memiliki brand image yang bagus, mereka dapat menjual
dengan harga premium (premium price) dan menarik manfaat price
premium sebagai bagian dari brand equity. Price premium adalah
lambang batas selisih harga, sebuah titik ketika konsumen merasakan
selisih harga tertentu akan mengubah keputusannya dan berpindah ke merek
lain yang lebih murah. Misalnya, Intel selalu melakukan price premium
measurement ini. Setiap minggu pewawancara Intel mendatangi
toko-toko komputer untuk menanyai pengunjung berapa besar diskon yang
harus diberikan kepada sebuah komputer agar pembeli berpindah untuk
membeli komputer lain tanpa label “Intel Inside”. Kita tahu, AMD sebagai
kompetitor terberat Intel menawarkan harga yang lebih murah hingga 39
persen. Dengan harga lebih tinggi dari kompetitor karena ‘kesaktian
merek’ pemilik merek yang kuat, mempunyai potensi untuk mengeruk laba yang
lebih tinggi, yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas produk dan
layanannya. Sayang sebagai pemilik merek AMDK terkenal mereka kurang berhasil
membangun brand-customer relationship yang baik. Padahal di
sinilah proses pemeliharaan hubungan dengan pelanggan, agar pelanggan
tidak lari kepada kompetitor. Seperti kasus AMDK ini, ketidakpuasan konsumen
bukan terhadap produknya, tetapi lebih kepada layanan dalam menghantarkan value
kepada pelanggan. Dalam menyediakan layanan ini, ‘mesin produksinya‘
adalah manusia dan ‘produknya’ adalah perilaku dalam berhubungan dengan para
pelanggan. Jadi sangat tergantung bagiamana mengelola manusia agar dapat
‘memproduksi’ perilaku tertentu untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Yang
‘dijual’ bukan hanya air dalam botol saja, tetapi juga menjual sejumlah
‘perilaku’ yang disebut layanan pendukung. Disinilah letak pendekatan holistik
dalam pengelolaan merek mesti diletakkan. Mengelola merek bukan masalah
iklan saja, atau masalah
komunikasi pemasaran belaka. Di belakang brand image yang telah dibentuk
dengan susah payah melalui kegiatan komunikasi pemasaran, harus ada ‘pasukan’
yang kompak bertindak seia-sekata dalam memenuhi janji yang telah melekat
di benak konsumen. Sebuah bentuk komunikasi ‘nyata’ berupa interaksi dalam
memenuhi harapan konsumen. Sistem kerja lintas fungsional harus berjalan untuk
mendukung brand-customer relationship. Dan sebagai konsekuensi
dari pendekatan lintas fungsional tersebut harus disertai konsistensi yang
tinggi, sehingga anggota organisasi tidak melakukan berdasar interpretasinya
sendiri-sendiri. Apalagi berdasar kepentingannya sendiri-sendiri yang dapat
merusak brand image yang terbentuk.
Pada kasus merek ‘tidak
terkenal’ yang mempunyai kualitas layanan baik, unsur komunikasi pemasaran
menjadi kelemahannya. Seberapa bagus kualitas produk dan layannya, jika tidak
disertai komunikasi pemasaran yang bagus, upaya ini menjadi sia-sia. Komunikasi
kepada kepada para pelanggan harus bulat, sehingga para pelanggan
juga menerima secara bulat. Inilah yang disebut sebagai strategic
consistency, seperti pernah dilakukan Pepsi dalam Project’s Blue
untuk memerangi ketidak konsistenan. Gerakan “its image is all over the map” bertujuan menyeragamkan warna dan
nada Pepsi yang beragam.
Dalam pelaksanaannya, strategic
consistency harus dilandasi oleh budaya perusahaan yang berlandaskan
falsafah customer driven. Dalam budaya perusahaan tertuang nilai-nilai
yang menyatukan gerak anggota organisasi, sehingga secara konsisten akan
membawa dampak pada product & services performance.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Branding adalah istilah lain dari
kegiatan manajemen kampanye produk dan layanan. Kesuksesan yang diraih oleh
kampanye ini didasarkan pada kemampuan tim pemasaran dalam menentukan strategi
promosi dan distribusi produk secara simultan. Artinya proses branding merupakan
hasil kerjasama yang kompak antara semua bagian terkait, untuk itulah
diperlukan adanya sebuah manajemen Brand
agar segala tujuan pemasaran dan penjualan sebuah produk baik barang ataupun
jasa dapat terealisasikan dengan baik.
Manajemen
Brand mempunyai manfaat yang cukup banyak dalam hal pengupayaan
penetrasi sebuah pasar dan reinforce
product atau jasa, karena Brand itu sendiri dapat membantu proses penjualan sebuah produk barang atau
jasa yang kita produksi. Namun apabila kita tidak selektif dan tidak berhati-hati
dalam melakukan proses manajemen brand ini maka tujuan awal yang akan kita
capai tidak akan berjalan secara optimal.
Selain
itu dalam
pelaksanaannya kitapun harus
mengupayakan adanya, strategic
consistency yaitu sebuah strategi manajemen brand yang dilandasi oleh
budaya perusahaan yang berlandaskan falsafah customer driven. Dalam
budaya perusahaan tertuang nilai-nilai yang menyatukan gerak anggota
organisasi, sehingga secara konsisten akan membawa dampak pada product &
services performance.
SARAN
Mengelola brand
bukan masalah bagaimana cara mempromosikan atau mengiklankannya saja,
namun di belakang brand image yang telah dibentuk dengan susah payah
melalui kegiatan komunikasi pemasaran, harus ada ‘pasukan’ yang kompak
bertindak seia-sekata dalam memenuhi janji yang telah melekat di benak
konsumen.
Sebuah
bentuk komunikasi ‘nyata’ berupa interaksi dalam memenuhi harapan konsumen.
Sistem kerja lintas fungsional harus berjalan untuk mendukung brand-customer
relationship. Dan sebagai konsekuensi dari pendekatan lintas
fungsional tersebut harus disertai konsistensi yang tinggi, sehingga anggota
organisasi tidak melakukan berdasar interpretasinya sendiri-sendiri. Apalagi
berdasarkan pada kepentingannya sendiri-sendiri yang dapat merusak brand
image yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
akses hari kamis tanggal 02 desember 2010
pukul 20:12
( Berita features tentang pendapat dan pandangan sebuah brand manajemen
melalui cerita sebagai pengalaman dari sebuah perusahaan “ X ” mengenai sebuah
merek “ Y ” air minum dalam kemasan. )
akses hari jum’at 03 desember 2010 pukul 18: 45
(Artikel tentang “ Pemasaran dan
penjualan ”. Oleh Waizly Darwin,
Hermawan Kartajaya)
·
Soemanegara, Rd.
2006. “ Strategi marketing communication konsep strategis dan
terapan”. Alfabeta, bandung.
·
Tjiptono, Fandy. 2008.
“ Brand management and strategi ”. Andi, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar